ADAPTASI WORTEL

 


Sunting : Rizky Septino

Tanaman wortel (Daucus carota L.) merupakan tanaman yang berasal dari Asia Tengah seperti Kazakhtan, Kyrgystan, Tajikistan, Turkmenistan, dan Uzbekistan (Vavilov 1992 in Iorizzo et al. 2013). Tanaman wortel menyukai kondisi suhu udara relatif dingin selama pertumbuhannya. Banyak tulisan menyebutkan suhu yang optimum yang berbeda-beda untuk pertumbuhan tanaman wortel tersebut. Rosenfeld et al. (2002) menunjukkan bahwa pertumbuhan panjang akar wortel meningkat pada suhu 9oC dan 21oC pada suhu yang lebih tinggi, yaitu 18oC dan 21oC menunjukkan perkembangan akar wortel melambat. Nunez et al. (2008), pada suhu 18–21oC pembentukan warna umbi pada kondisi optimal, sedangkan di atas suhu 30oC pertumbuhan daun menurun dan perkembangan rasa menguat di dalam umbi yang menurunkan kualitas pemasaran. Suhu optimal tersebut umumnya terdapat di daerah iklim sedang, sedangkan untuk sentra wortel di Indonesia umumnya di dataran tinggi. Keinginan untuk mengembangkan tanaman wortel di dataran rendah di kalangan petani sayuran seperti di Kota Brastagi dan kabupaten lainnya di Provinsi Kalimantan Tengah cukup tinggi. Kendala utama pengembangan wortel di dataran rendah adalah suhu yang relatif lebih tinggi sehingga terdapat kekhawatiran gagal panen. Namun, Sys et al. (1993) menyatakan bahwa suhu untuk perkecambahan wortel antara 4oC hingga 35oC, dengan temperatur optimal 6–28oC. Rentang suhu yang dikemukakan tersebut lebih luas sehingga relatif mendekati suhu dataran rendah. Sementara itu, kondisi lahan di Kalimantan Tengah pada dasarnya masih memiliki potensi untuk pengembangan wortel. Ketersediaan lahan di Kalimantan Tengah yang umumnya marjinal berupa tanah mineral dan tanah latosol masih dapat diperbaiki melalui inovasi teknologi pemupukan, ameliorasi, dan pengelolaan pengairan. Penggunaan tanah mineral maupun latosol untuk budidaya wortel bukan menjadi hambatan utama. 

Kondisi Iklim dan Tanah

Pada umumnya musim kemarau di Kalimantan Tengah masuk pada bulan April hingga September. Jumlah curah hujan selama penelitian sebanyak 91 hari yang dimulai 12 April 2020 sampai dengan 12 Juli 2021 sebanyak 492 mm dengan jumlah hari hujan sebanyak 27 hari hujan. Kondisi curah hujan yang terdapat dilokasi penelitian umumnya tidak mencukupi kebutuhan tanaman untuk pertumbuhan dan perkembangan. Penyiraman petakan tanaman dilakukan menggunakan air tanah pada kebanyakan hari karena curah hujan yang jatuh pada lokasi penelitian memiliki jumlah dan frekuensi yang beragam. Jenis tanah yang digunakan penelitian tergolong Inceptisol, memiliki kelas tekstur lempung liat berpasir dengan kelas besar butir berlempung kasar.

Kondisi Perkecambahan Wortel

Keberhasilan benih wortel berkecambah merupakan salah satu faktor yang menentukan keberhasilan panen. Penanaman wortel yang dilakukan rapat kemudian dijarangkan tentu saja memerlukan benih wortel yang berkecambah lebih banyak sehingga daya berkecambah wortel menjadi hal yang sangat penting bagi populasi tanaman wortel. Menurut Seaman (2015), penjarangan wortel saat masih berumur muda dapat menghindari pertumbuhan umbi cacat dan kecil. Berdasarkan uji statistik ternyata wortel varietas Cisarua memiliki jumlah rerata kecambah tertinggi pada seluruh hari pengamatan (8, 10, 12, dan 14 HST) dan berbeda nyata dengan wortel varietas yang diuji lainnya. Hal tersebut menunjukkan adaptasi fase awal wortel varietas Cisarua di lingkungan dataran rendah yang bersuhu udara relatif tinggi tergolong paling baik. Jumlah benih wortel yang berkecambah cukup tinggi lebih dari 100 tnm/m2 pada umur 14 HST, yaitu wortel varietas Cisarua mencapai 202 tnm/m2 , sedangkan varietas wortel yang memiliki daya kecambah antara 50–100 tnm/ m2 adalah Flaker Giant dan Batu masing-masing mencapai 80 tmn/m2 dan 52 tnm/m2 .

 Varietas wortel yang memiliki daya kecambah rendah kurang dari 50 tnm/m2 adalah varietas wortel Royal Chantenay dan Nantes Improved hanya 34 tnm/m2 dan 6 tnm/m2. Perbedaan daya kecambah wortel yang diuji kemungkinan besar karena kualitas benih yang berbeda terutama masa daya tumbuhnya yang berbeda karena ketersediaan benih wortel import yang diperoleh sangat terbatas, sedangkan benih lokal umumnya tersedia di tingkat petani dalam kondisi baru, atau secara genetik memiliki perbedaan adaptasi terhadap lingkungan yang jauh berbeda dari lingkungan yang dikehendaki. Selain itu perkecambahan juga dipengaruhi oleh temperatur mikro tanaman, temperatur yang tinggi akan menghambat proses perkecambahan. 

Kondisi Pertumbuhan Wortel

Tinggi tanaman wortel dari berbagai varietas yang diuji menunjukkan bahwa tinggi tanaman tertinggi diperoleh wortel varietas-varietas import varietas Flaker Giant dan Royal Chantenay mencapai 56,7 cm dan 48,8 cm, sedangkan varietas Cisarua dan Batu mencapai 43,3 cm dan 38,2 cm. Hal tersebut dapat diduga bahwa wortel import Flaker Giant dan Royal Chantenay cenderung memiliki pertumbuhan vegetatif lebih tinggi di dataran rendah karena faktor genetik. Kondisi pertumbuhan vegetatif yang cenderung berlebihan akan menyebabkan hasil fotosintesis lebih terfokus pada pertumbuhan vegetatif dibandingkan pembentukan umbi atau fase generatif. Petani umumnya menginginkan wortel yang memiliki penampilan bagian tanaman di atas tanah sedang, namun umbi wortel yang terbentuk cukup besar. Peningkatan tinggi tanaman dan jumlah daun pada setiap umur pengamatan juga bisa dikaitkan dengan jumlah pupuk kandang yang diberikan pada lahan (10 t/ha), karena pupuk kandang atau pupuk organik punya kemampuan untuk memasok nutrisi yang diperlukan tanaman dan memperbaiki struktur tanah dan kapasitas penyerapan air yang mampu meningkatkan pertumbuhan tanah (Dawuda et al. 2011, Jeptoo et al. 2013, Ahmad et al. 2014). Hal yang sama juga ditemukan pada penelitian Mandal et al. (2003) yang mengamati penambahan tinggi tanaman dan jumlah daun pada wortel pada perlakuan pupuk organik. Hailu et al. (2008) juga meneliti hal yang sama, bahwa pertambahan tinggi tanaman wortel juga dikaitkan dengan pemberian Pupuk organik pada awal pertumbuhan tanaman. Jumlah daun umur 91 HST menunjukkan bahwa varietas Cisarua memiliki jumlah daun terbanyak mencapai 11,3 helai dan berbeda nyata dengan varietas lainnya.

 Penampilan wortel varietas Cisarua dengan tinggi tanaman sekitar 43,3 cm dan dengan jumlah helai daun 11,3 helai memberikan penampilan yang kokoh, manfaat penampilan tersebut terlihat dengan ketahanannya terhadap hembusan angin kencang yang kadang-kadang terjadi di lokasi penelitian. Pengukuran kecepatan angin di lokasi penelitian menggunakan anemometer pernah mencapai kecepatan 60 km/jam. Umumnya kecepatan ini cukup berdampak pada tanaman wortel yang memiliki penampilan tinggi dan jumlah daun yang lebih sedikit, namun jika tinggi wortel lebih rendah dan lebih rimbun daunnya maka kondisi tajuk merapat dan lebih padat, sehingga pengaruh angin kencang akan lebih rendah mengakibatkan kerusakan. 

Kondisi Produksi Wortel

Penampilan tanaman wortel bagian atas yang dikaji diperoleh varietas Flaker Giant yang memiliki berat brangkasan basah terberat mencapai 61,20 g/tnm meskipun tidak berbeda nyata dengan Royal Chantenay dan Cisarua yang masing-masing sebesar 39,93 g/tnm dan 34,57 g/tnm. Flaker Giant memiliki berat kering tertinggi mencapai 7,32 g/tnm, dan tidak berbeda nyata dengan Royal Chantenay, Cisarua dan Batu masing-masing sebesar 5,51 g/tnm, 4,99 g/tnm, dan 4,24 g/tnm. Hanya varietas Nantes Improved yang memiliki berat basah brangkasan dan berat kering terendah masing-masing 11,63 g/tnm dan 1,71 g/tnm. Penampilan varietas Nantes Improved tidak maksimal dan terlihat memiliki penampilan kecil dan jauh tertinggal dibandingkan keempat varietas lainnya. Selain itu varietas Nantes Improved pada umur 91 HST hanya memiliki tinggi sebesar 30,3 cm dengan jumlah daun 7,1 helai, hal tersebut menunjukkan bahwa varietas Nantes Improved nampak sulit beradaptasi dengan lingkungan dataran rendah yang memiliki suhu udara hingga 28oC. Panjang umbi wortel yang diuji nampak tidak berbeda nyata satu sama lain. Umbi wortel terpanjang diperoleh varietas Flaker Giant mencapai 21,90 cm/ umbi, disusul varietas Cisarua mencapai 16,9 cm/umbi. Panjang umbi bisanya dikaitkan dengan rasio pucuk-akar, jika rasio tersebut lebih tinggi maka pertumbuhan akar juga lebih bagus. Diameter pangkal umbi terbesar diproleh varietas Cisarua, Flaker Giant dan Royal Chantenay yang berbeda nyata dengan Nantes Improved, sedangkan diameter hati umbi tertinggi diperoleh Flaker Giant, disusul Cisarua dan Batu serta Royal Chantenay. Bila dilakukan selisih antara diameter umbi dan hati wortel maka varietas Cisarua memiliki selisih terbesar mencapai 10,9 mm, disusul Batu 10,6 mm, kemudian Royal Chantenay 10,07 dan Flaker Giant 8,6 mm.

Hal itu menunjukkan bahwa penampilan varietas Cisarua memiliki lapisan daging paling tebal dibandingkan varietas lainnya. Tingginya selisih antara diameter daging dan hati umbi varietas Cisarua nampaknya tercermin pada bobot umbi total mencapai 41,87 g/tnm dengan bobot daging umbi terberat mencapai 28,53 g/umbi.

Umbi bercabang dan pecah nampak tertinggi pada varietas Nantes Improved dan Flaker Giant diatas 20%, sedangkan varietas Cisarua dan Batu sekitar 16,68% dan 16,36%, dan terendah Royal Chantenay sekitar 13%. Umbi wortel yang bercabang jelas akan menurunkan kualitas wortel bahkan dapat menurunkan harga, karena pembeli umumnya memilih wortel yang umbi tunggal.

Munculnya pecah umbi (craking) disebabkan ada beberapa hal, yaitu (1) aplikasi pupuk N berlebihan, (2) faktor genetik, yaitu kultivar peka pecah, (3) hidrasi umbi yang kemudian tiba-tiba mendapatkan kondisi kecukupan air sehingga umbi menyerap air berlebihan dan daya tampung sel terlampaui, (4) temperatur udara diatas 17oC, dan (5) tekstur tanah cenderung padat dengan sedikit fraksi pasir.

sedangkan umbi wortel bercabang (forking) kemungkinan besar disebabkan kondisi pengolahan tanah kurang gembur serta pengelolaan pengairan kurang baik (Nunez et al. 2008), disamping itu, jika tanah semakin padat maka pertumbuhan akar berserat yang lebih panjang dari akar utamanya (akar tunggang) (Olymbios & Schwabe 1977) dan akar tunggang akan berbentuk kerucut dan lebih tajam (Olymbios & Schwabe 1977). Penambahan bahan organik ke dalam tanah akan memperbaiki kondisi tanah serta membantu perkembangan dan sebaran akar (Adeleye et al. 2010, Khan et al. 2010). Terdapat empat tingkatan untuk umbi wortel, yaitu buruk (15oBrix). Berdasarkan klasifikasi tersebut maka daging wortel yang dikaji tergolong memiliki kualitas kemanisan sedang (5–9oBrix), namun untuk hati wortel nampaknya seluruh varietas import tergolong buruk (4,6–5,0oBrix)

Senjang tingkat kemanisan yang terendah antara daging dan hati umbi wortel diperoleh varietas lokal, yaitu Cisarua 1,46oBrix dan Batu 1,73oBrix. Menurut Matthew (2013). Hal tersebut menunjukkan bahwa secara keseluruhan tingkat kemanisan total umbi wortel lokal lebih tinggi dibandingkan wortel varietas import Berdasarkan tingkat kemanisan tersebut, nampaknya varietas lokal relatif tidak jauh berbeda dengan wortel yang dihasilkan di manca negara, walaupun sedikit lebih rendah, namun lebih tinggi tingkat kemanisannya mengungguli wortel import yang di uji  tingkat kemanisan dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu faktor genetik berupa perbedaan antarvarietas dan faktor lingkungan berupa perlakuan budiaya yang memengaruhi kualitas wortel.

Manfaat Wortel

Kesehatan Mata

Wortel kaya betakaroten (vitamin A), zat gizi penting yang diperlukan oleh mata. Senyawa ini memang tidak dapat menyembuhkan kebutaan, namun dapat memperbaiki kondisi mata akibat kekurangan vitamin A. Sifatnya yang antioksidan dapat mencegah katarak dan degenerasi makula yang kerap menimpa para lansia.

Kolestrol

Penelitian oleh Robertson dkk menunjukkan mereka yang makan 200 g wortel mentah setiap hari selama 3 minggu, kolesterolnya turun sebanyak 11%.

Kanker

 Menganjurkan agar para perokok mengonsumsi wortel dan bahan makanan lainnya yang tinggi karoten untuk mencegah kanker paru. Ternyata, selain kanker paru, betakaroten serta senyawa lainnya yang juga bersifat antioksidan pada wortel dapat mencegah kanker mulut, tenggorok, lambung, usus, saluran kemih, pankreas, dan payudara. Untuk mendapat manfaat wortel sebagai antikanker, wortel perlu dimasak agar senyawa karotennya lepas. Dengan dimasak, kadar karotennya naik 2 - 5 kali lipat.

Sembelit

Serat yang terkandung pada wortel menaikkan volume feses hingga 25% sehingga urusan ke belakang menjadi lancar. 

 

 Sumber : 

Anang Firmansyah,Muhammad.Twety Liana & Wiwik Rahayu. Uji Adaptasi Wortel di Tanah Lempung Liat Berpasir Dataran Rendah. Palangkaraya.Dinas Pertanian Perkebunan Pelaksana Penyuluhan dan Ketahanan Pangan Kota Palangka Raya;2020

 

 

 

 

 

 

 

 

 


Komentar

Postingan Populer