JAYABAYA


 Sumber : Rizky Septino

Jayabaya bergelar Sri Maharaja Sri Warmeswara Madhusudanawataranindita Suhrtsingha Parakrama Digjayotunggadewa Jayabhayalanchana. Pada masa pemerintahannya Jayabaya, terjadi perang saudara ini diabadikan dalam bentuk kakawin Bharatayudha yang ditulis oleh Empu Sedah dan Empu Panuluh. Jaya baya berhasil memenangkan perang saudara tersebut sehingga wilayah Kediri berhasil disatukan lagi dengan wilayah Jenggala. Peristiwa kemenangan ini diabadikan dalam prasasti Ngantan.

Raja-raja Kediri sejak Jayabaya, dapat diurutkan sebagai berikut :

1) Raja Jayabaya 1135 M – 1157 M

2) Raja Sarweswara 1159 M – 1169 M

3) Raja Kameswara 1182 M – 1185 M

4) Raja Kertajaya 1185 M – 1222 M

Jayabaya diyakini sebagai titisan Dewa Wisnu dan masih keturunan Pandawa dari ayahnya. Ayahnya adalah Gendrayana, putra Yudayana, putra Parikesit, putra Abimanyu, putra Arjuna dari keluarga Pandawa. Permaisuri Jayabaya bernama Dewi Sara, dan darinya lahir Jayaamijaya, Dewi Pramesti, Dewi Pramuni, dan Dewi Sasanti. Dewi Pramesti nantinya menikah dengan Astradarma, raja Yawastina, dan melahirkan Anglingdarma, raja Malawapati.

Kehidupan kerajaan Kediri bermata pencaharian pada pertanian dan perdagangan. Armada laut Kediri dapat mampu menjamin keamanan perairan Nusantara. Barang perdagangan Kediri antara lain emas, perak, gading, kayu cendana, dan pinang. Kesadaran rakyat tentang pajak sudah tinggi. Rakyat menyerahkan barang atau sebagian hasil buminya kepada pemerintahan.

Jayabaya adalah raja yang berhasil membuat Kediri bersatu setelah sempat terpecah pasca kematian Airlangga. Ia dikenal sebagai raja bijaksana yang memerintah secara adil dan rakyatnya menjadi makmur. Di bawah kekuasaannya, wilayah kekuasaan Kediri mencapai seluruh Pulau Jawa, sebagian Sumatera, pantai Kalimantan dan Kerajaan Ternate. Karena wilayahnya begitu luas, bisa dipastikan bahwa armada laut yang dimiliki juga sangat kuat. Bahkan nama Kerajaan Kediri terkenal hingga ke China, dibuktikan dengan tulisan saudagar bernama Khou Ku Fei yang memaparkan tentang karakteristik masyarakat di Kediri. Pemerintahan yang dipimpin oleh Sri Jayabaya pun sudah teratur, sementara hukum dilakukan secara tegas dan adil. Nama Sri Jayabaya kemudian diabadikan dalam Kitab Bharatayudha karangan Mpu Tantular dan Mpu Panuluh.

Beberapa karya dari masa Jayabaya adalah Kitab Bharatayudha yang berisi tentang gambaran terjadinya perang saudara antara Panjalu melawan Jenggala.

Nama besar Jayabhaya tercatat dalam ingatan masyarakat Jawa, sehingga namanya muncul dalam kesusastraan Jawa zaman Mataram Islam atau sesudahnya sebagai Prabu Jayabaya. Contoh naskah yang menyinggung tentang Jayabaya adalah Babad Tanah Jawi dan Serat Aji Pamasa.

Dikisahkan Jayabaya adalah titisan Wisnu. Negaranya bernama Widarba yang beribu kota di Mamenang. Ayahnya bernama Gendrayana, putra Yudayana, putra Parikesit, putra Abimanyu, putra Arjuna dari keluarga Pandawa. 

Permaisuri Jayabaya bernama Dewi Sara. Lahir darinya Jayaamijaya, Dewi Pramesti, Dewi Pramuni, dan Dewi Sasanti. Jayaamijaya menurunkan raja-raja tanah Jawa, bahkan sampai Majapahit dan Mataram Islam. Sedangkan Pramesti menikah dengan Astradarma raja Yawastina, melahirkan Anglingdarma raja Malawapati.

Jayabaya turun takhta pada usia tua. Ia dikisahkan moksha di desa MenangKecamatan PaguKabupaten Kediri. Tempat petilasannya tersebut dikeramatkan oleh penduduk setempat dan masih ramai dikunjungi sampai sekarang.

Prabu Jayabaya adalah tokoh yang identik dengan ramalan masa depan Nusantara. Terdapat beberapa naskah yang berisi “Ramalan Joyoboyo”, antara lain Serat Pranitiwakya, dan lain sebagainya.

Dikisahkan dalam Jayabaya mendapat gambaran tentang keadaan Pulau Jawa sejak zaman diisi oleh Aji Saka sampai datangnya hari Kiamat.Tidak diketahui dengan pasti siapa penulis ramalan-ramalan Jayabaya. Sudah menjadi kebiasaan masyarakat saat itu untuk mematuhi ucapan tokoh besar. Maka, si penulis naskah pun mengatakan kalau ramalannya adalah ucapan langsung Prabu Jayabaya, seorang raja besar dari Kadiri.

Tokoh pujangga besar yang juga ahli ramalan dari Surakarta bernama Ranggawarsita sering disebut sebagai penulis naskah-naskah Ramalan Jayabaya. Akan tetapi, Ranggawarsita biasa menyisipkan namanya dalam naskah-naskah tulisannya, sedangkan naskah-naskah Ramalan Jayabaya pada umumnya bersifat anonim.

Dalam ramalan Jayabaya ada terdapat yang paling terkenal yaitu :

Jawa akan terbelah

Jika gunung Slamet meletus, maka pulau jawa akan menciptakan parit yang menyatukan pantai utara dan selatan jawa.

Keberadaan Kendaraan

Menyebutkan aka nada kendaraan tanpa kuda sepeti mobil, kereta api, Tanah Jawa akan berkalung besi yang dimaksud akan banyak rel kereta, perahu terbang di angkasa maksudnya adalah pesawat terbang 

Bencana Alam

Mengatakan banyak kejadian dan peristiwa alam maupun dalam kehidupan masyarakat manusia yang luar biasa.

Kedatangan Jepang

Salah satu ramalan yang paling terkenal adalah mengatakan bahwa suatu saat pulau jawa akan didatangi oleh bangsa dengan mata sipit yang dimaksud dari mata sipit adalah Jepang, dan ternyata benar pada tahun 1940-an Bangsa Jepang datang dan menjajah Nusantara.

Jayabaya diceritakan turun takhta ketika usianya sudah sangat tua. Ia kemudian moksha (melepaskan diri dari ikatan duniawi) di Desa Menang, Kabupaten Kediri. Tempat petilasannya tersebut dikeramatkan dan sampai sekarang masih dikunjungi oleh masyarakat.


 Sumber 


Hendra.Jayabaya,Raja Kediri yang terkenal ramalannya.Surabaya;Perdana Publishing,2020

Lisa.Kitab Jayabaya.Magelang;Tirto Press,2019

Hamdan.Kerajaan Hindu Nusantara Kediri.Depok;CV Bina Pustaka,2015


Komentar

Postingan Populer