MENELUSURI PERISTIWA BERSEJARAH DI ERA ISLAM PADA MASA DINASTI UMAYYAH (TIMUR DAN BARAT)

 



A. Peristiwa penting yang terjadi pada masa Dinasti Bani Umayyah (Damaskus)

Pertukaran kekuasaan antara Hasan bin Ali dan Muawiyah bin abu sufyan dengan cara musyawarah dan perjanjian

Setelah terjadi perang saudara antara kaum Muslimin tahun 660-an, maka Mu'awiyah yang menjadi pemenang peperangan itu atas 'Ali, mendirikan suatu dinasti baru yang dikenal dengan dinasti Bani Umayah. la diakui sebagai penguasa seluruh kaum Muslimin, meskipun golongan Syi'ah tidak menyenanginya. Lalu memindahkan ibukota negara Islam ke Damaskus. Dengan demikian kota itu telah menjadi pusat dari suatu kawasan yang selalu melebar, mulai dari Spanyol sampai ke India. Kota itu telah mencapai suatu tingkat kemegahan dalam bentuk yang belum pernah dikenalnya sebelumnya. Pada permulaannya, penduduk yang Kristen itu tetap memeluk agama mereka yang asli. Namun lama-kelamaan sebahagian besar dari mereka mulai memeluk agama Islam. Masuknya mereka ke dalam agama Islam itu mungkin karena mereka merasakan diperlakukan lebih baik oleh orang Islam, bahkan jauh lebih baik dari pada apa yang pernah mereka terima sebelumnya.[1]

Berakhirnya kekuasaan Khalifah Ali bin Abi Thalib mengakibatkan lahirnya kekuasaan yang berpola dinasti atau kerajaan. Munculnya Dinasti Umayyah memberikan babak baru dalam kemajuan peradaban Islam. Proses terbentuknya kekhalifahan bani Umayyah dimulai sejak Khalifah Utsman bin Affan wafat dan Ali yang menggantikan kepemimpinan, saat itu sang khalifah lebih mementingkan kondisi negeri daripada mencari siapa pembunuh Utsman hal ini yang membuat banyak masyarakat geram salah satunya Muawiyah. Setelah kematian Ali maka dilanjutkan oleh Hasan putra Ali bin Abi Thalib, namun karena Hasan adalah sosok yang jujur dan lemah dalam secara politik. Maka antara Hasan dan Muawiyah melakukan kesepakatan dan damai dengan memberikan hak kekuasaan kepada Muawiyah dengan syarat

a) Muawiyah menyerahkan harta baitulmal kepadanya untuk melunasi hutang kepada pihak lain

b) Muawiyah tidak lagi melakukan cacian dan hinaan terhadap khalifah Ali beserta keluarga

c) Muawiyah menyerahkan pajak bumi dari Persia dan daerah dari Bijinad kepada Hasan setiap tahun

d) Setelah Muawiyah berkuasa nanti, maka masalah kepemimpinan harus diserahkan kepada umat islam untuk melakukan pemilihan kembali pemimpin umat islam

e) Muawiyah tidak boleh menarik sesuatu pun dari penduduk Madinah, Hijaz, dan Irak. Karena hal itu telah menjadi kebijakan Khalifah Ali bin abi thalib sebelumnya.

Dan akhirnya Muawiyah menerima tawaran tersebut walaupun hanya sebatas perkataan namun tidak sesuai dengan tindakannya pada saat dia mendirikan dinasti Umayyahi    

Dalam peristiwa tersebut dapat kita simpulkan bahwa terdapat sebuah peristiwa besar yaitu perpindahan kekuasaan dari satu orang ke orang lain tanpa adanya pertumpahan darah dan tanpa ada kudeta hal ini dilakukan Hasan agar memberikan kekuasaan kepada Muawiyah agar kekuatan Islam semakin kuat dan Berjaya Islam, namun hal ini sangat berbeda ketika Muawiyah memimpin kebanyakan isi perjanjian tidak dilakukan diantaranya yang paling besar pengaruhnya pada dunia Islam adalah perubahan sosial dari pemilihan secara Demokrasi menjadi Monarki hal ini sangat jauh berbeda dari zaman Rasulullah hingga Khulafaur Rasyidin hal ini menjadi tonggak sejarah baru dan dimulai tatanan sosial yang baru.

Munculnya sistem tatanan sosial pada masa dinasti Bani Umayyah dan perubahan struktur pemerintahan antara pusat dan daerah

Salah satu hal yang mencolok dalam perubahan struktur pemerintahan yaitu Muawiyah mengumumkan langsung bahwa putranya yaitu Yazid bin Muawiyah diangkat menjadi putra mahkota hal ini sangat jauh berbeda dengan sistem dahulu melalui pemilihan dari umat islam, peristiwa ini yang menjadikan bahwa umayyah telah menjadi sebuah kerajaan pertama Islam dan menjadi tonggak sejarah baru.[2]

Di dalam pemerintahan Umayyah baik dari pusat dan daerah banyak didominasi oleh kerabat Muawiyah dan Utsman bin Affan salah satunya Marwan bin hakam dia merupakan Khalifah keempat dari bani Umayyah. Setelha terputusnya keturunan Muawiyah dalam melanggengkan kekuasaan dikarenakan berakhirnya kekuasaan Muawiyah II maka kursi kekuasaan pun beralih ke Bani Marwan setelah keluarga besar Umayyah mengangkatnya sebagai Khalifah. Marwan bin Hakam hanya memerintah selama setahun dan kepemerintahannya diserahkan kepada anaknya Abdul Malik bin Marwan.

Dinasti Bani Umayah (661-750) menjadikan kota Damaskus sebagai pusat kekuasaannya, dan dari sana ia menguasai seluruh Dunia Islam yang dikenal ketika itu. Di masa pemerintahan Khalifah Abdul Malik (685-705), bahasa Arab telah resmi menjadi bahasa negara, meskipun sebelumnya administrasi kenegaraan dilaksanakan menurut cara-cara birokrasi Byzantin. Pemerintah Bani Umayah yang berpusat di Damaskus itu pada dasarnya adalah suatu pemerintahan yang bersandarkan pada kekuatan angkatan bersenjata dan hidup dari pajak yang dipungut dari penduduk, serta harta yang diperoleh sebagai rampasan perang. Namun lama kelamaan, penduduk memeluk agama Islam, sehingga dipandang dari segi budaya dan agama, Suriah telah menjadi bangsa Arab yang beragama lslam.Kenyataan itu tetap berlaku sampai sekarang, meskipun harus diakui bahwa golongan minoritas agama dan kebangsaan tetap terdapat di kalangan penduduk Suriah.Ketika agama Islam melebar ke luar dari Semenanjung Aral Ketika pusat pemerintahan Islam pindah ke Baghdad di bawah Saulah Bani Abbas, maka Suriah hanya menjadi sebuah

kota provinsi saja. Memang kadang-kadang terjadi pemberontakan kecil-kecilan untuk melepaskan diri dari Bani Abbas, dan untuk menegakkan kembali kekuasaan Bani Umayah, namunupaya-upaya seperti itu tidak pernah berhasil. Dalam sejarah jugà terlihat bahwa Suriah seringkali menjadi daerah yang diperebutkan antara Baghdad dan Mesir.

Dan dalam sistem tatanan sosial yaitu beberapa langkah langkah Khalifah Abdul Malik setelah perluasan wilayah yaitu :

1) Penggunaan bahasa Arab untuk beberapa wilayah yang sudah dikuasain di wilayah non arab dan wajib menggunakan bahasa arab dalam urusan berkehidupan bermasyarakat dan bernegara.

2) Menyeragamkan sistem perpajakan di wilayah kekuasaan

3) Mengganti mata uang dengan bertuliskan angka arab dan teks Al-Qur’an

4) Penggunaan tanda baris dan titik dalam bahasa arab agar mempermudah bagi orang non arab yang berhasil dikuasai wilayahnya

6) Meningkatkan usaha pertanian, misalnya dengan membuat kanal untuk mengeringkan rawa di area antara sungai Eufrat dan Tigris.

Dalam uraian tersebut dijelaskan bahwa Umayyah telah didominasi oleh kaum kerabat daripada orang lain yang tidak ada hubungan kekeluargaan dengan Muawiyah, ini adalah tatanan politik yang baru karena semua urusan Negara didasarkan oleh kepentingan keluarga Umayyah bukan bermusyawarah secara seksama dengan kaum muslimin.

Beberapa tatanan sosial yang baru membuat semakin luasnya pemakaian bahasa Arab dan beberapa perubahan besar dalam kehidupan diantaranya pertanian, perdagangan, dll.

Perkembangan Ilmu pada masa Khalifah Umar Bin Abdul Aziz

Ilmu pada masa dinasti bani Umayyah sangat berkembang baik dari ilmu agama maupun ilmu alam diantaranya yaitu :

1) Ilmu pengetahuan bidang agama, yaitu segala ilmu yang bersumber dari Al-Qur’an dan Hadits.

2) Ilmu pengetahuan bidang sejarah, yaitu segala ilmu yang membahas tentang perjalanan hidup, kisah, dan riwayat

3) Ilmu pengetahuan bidang bahasa, yaitu segala ilmu yang mempelajari bahasa, nahwu, sharaf, dan lain lain.

4) Ilmu pengetahuan bidang filsafat, yaitu segala ilmu yang pada umumnya berasal dari bangsa asing, seperti ilmu kedokteran, kimia, astronomi, ilmu hitung dan ilmu lain yang berhubungan dengan ilmu itu.

Umar bin abdul aziz adalah salah satu khalifah Umayyah yang sangat memperhatikan ilmu dank arena kepribadian dan kebijakan pro rakyat dan keinginannya yang kuat untuk mengembangkan ilmu agama islam, ilmu umum, dan lain-lain. Ketika menjabat sebagai khalifah, kesibukkan Umar bin Abdul Aziz sebagai khalifah tidak menghalangi beliau untuk memberi semangat dan pengarahan kepada para ulama dalam bidang pengembangan ilmu. Khalifah Umar telah memberikan sumbangan besar terhadap perkembangan ilmu agama, sehingga melahirkan banyak ilmuwan pada zaman tersebut, diantaranya Urwah bin al Zubayr dan Ibnu Zihat al Zuhri (dalam bidang hadits), Ibnu Jarih (dalam bidang tafsir Al-Qur”an), Hasan al Bashri dan Wasi bin Ata (dalam bidang Ushuluddin).

Bani Umayyah. Mereka belajar al-Quran serta hadir intinya pada saat ini mereka benar-benar berusaha syariat Islam. Sehingga dalam lingkup condong untuk meninggalkan puisi dan memilih beribadah dan menegakkan agama Allah. Pada masa dinasti Umayyah, kita juga dapat me kan adanya cikal bakal gerakan-gerakan filosofis kepada yang berusaha menggoyahkan pondasi agama Islanm. Pada paruh pertama abad ke-8, di bashrah hidup seorang tokok terkenal bernama Washil ibn Atha (w. 748), seorang pendir madzhab rasionalisme kondang yang disebut Mu'tazilak Orang Mu'tazilah (pembelot, penentang) mendapat sebutan itu karena mendakwahkan ajaran bahwa siapapun yang melakukan dosa besar dianggap telah keluar dari barisan orang beriman, tapi tidak menjadikannya kafir, dalam hal ini orang semacam itu berada dalam kondisi pertengahan antar pada periode ini tampak rasa relegiusitas masyarakat terhadap penyair pun banyak hanya untuk kedua status itu.Kelompok kedua yaitu Qadariyah.[3]

Orang Qadariyah merepresentasikan pertentangarn terhadap konsep takdir yang ketat dalam Islam, kekuasaan Tuhan yang sangat ditekankan dalam Al-Quran dan pengaruh Yunani Kristen. Orang Qadariyah adalah madzhab filsafast Islam paling awal, danbesarnya pengaruh pemikiran mereka bisa disimpulkan dari kenyataan bahwa dua khalifah Umayyah, Mu'awiyah II, dan Yazid II, merupakan pengikut Qadariyah. Kelompok ketiga adalah kelompok Khawarij.

Dalam hal ini pengetahuan sangat menyebar luas dan memberikan hal yang baru bagi masyarakat yaitu sebuah pengetahuan yang mengubah seluruh aspek dalam kehidupan dan Khalifah sangat mendukung akan berkembangnya ilmu pengetahuan pada zaman inilah kejayaan Umayyah mencapai emasnya dengan berkembanganya ilmu maka dapat memberikan kemajuan pada masyarakat dan menambah sektor pendapatan bagi Negara dan masyarakat karena datangnya ilmu untuk membantu hal hal yang masih dianggap sulit dengan datangnya ilmu maka semakin mudah.

Berakhirnya Umayyah di Damaskus

Kesibukan Marwan II dalam menumpas pemberontakan membuat wilayah Khurasan dikuasai Bani Abbas. Gerakan Bani Abbas ini merupakan ancaman terbesar bagi kelangsungan hidup Dinasti Bani Umayyah. Setelah itu Bani Abbas bergerak menuju Irak dan menguasai wilayahnya sepenuhnya pada tahun 750 M, sejak saat itu Bani Abbas mulai melakukan ekspansi untuk memperluas wilayah yang dahulu dikuasai dinasti Umayyah pun berhasil direbut.

 Bahkan pasukan bani Abbas berhasil menghilangkan nyawa Marwan II dalam sebuah pertempuran kecil di wilayah Bushair, Mesir. Kematian Marwan II menandai berakhirnya Dinasti Umayyah dari tahun 661 M – 750 M.[4]


B. Peristiwa penting yang terjadi pada masa Dinasti Bani Umayyah (Andalusia, Spanyol)

Masuknya Islam di Spanyol

Spanyol diduduki umat Islam pada zaman Khalifah Al Walid, sebelum penaklukkan Spanyol umat Islam telah menguasai Afrika Utara dan menjadikan provinsi bagian Umayyah. Dalam penaklukkan ini 3 kesatria membantu gubernur Ceuta yang bermasalah dengan Raja Spanyol nama 3 Kesatria ini adlaah Tharif bin Malik, Thariq bin Ziyad, dan Musa bin Nushair.

Dalam beberapa perang akhirnya pasukan muslim menang dan para pasukan muslim mulai memasuki spanyol pertama kali dan wilayah banyak ditaklukkan dan pada saat itu spanyol semakin hilang kekuasaan dan spanyol wilayah selatan mulai dikuasai Islam. Pada masa 755 – 912 mulai lah dibentuk sebuah pemerintahan dan pemerintahan itu dipimpin oleh seorang Amir tapi pada periode 912 – 1013 mulai didirikan Universitas Cordoba dan pada saat itulah 30 negara kecil sudah terpecah belah dan mulailah goyah pemerintahan Islam di Spanyol.


 

Pertumbuhan Ilmu Pengetahuan di Andalusia

Pada masa Dinasti Bani Umayyah pola pendidikan bersifat desentrasi artinya pendidikan tidak hanya terpusat di Ibu kota Negara saja, tetapi sudah dikembangkan secara otonom di daerah yang telah dikuasai seiring dengan ekspansi territorial. Sistem pendidikan ketika itu belum memiliki tingkatan dan standar umur. Kajian ilmu yang ada pada periode ini berpusat di Andalusia dan sekitaran kota penting di Spanyol.
Khuttab

Tempat belajar dan menulis, menghafal Al-Qur’an, serta belajar pokok ajaran Islam.

Masjid

Peranan masjid sebagai pusat pendidikan dan pengajaran senantiasa terbuka lebar bagi setiap orang yang merasa dirinya tetap dan mampu untuk memberikan atau mengajarkan ilmunya kepada orang-orang yang haus akan ilmu pengetahuan.

Majelis Sastra

Merupakan balai pertemuan yang disiapkanuntuk pertemuan antara sastrawan dan ulama terkemuka. Dalam balai pertemuan seperti ini disediakan pokok-pokok persoalan untuk dibicarakan, didiskusikan, dan diperdebatkan.

Pendidikan Istana

Pendidikan istana diperuntukkan khusus untuk anak anak pemimpin dan para pejabat pemerintahan. Dan akan diajarkan oleh beberapa ulama dan ilmuwan yang terkenal.

Peristiwa kehancuran Dinasti Umayyah di Andalusia,Spanyol

Pada periode keenam (1248 – 1492) kekuasaan Islam hanya ada di Grenada dibawah bani Ahmar, pada bani ini terdapat 2 figur penting yang akan menjadi keruntuhan Islam di Spanyol yaitu Abu Abdullah dan Muhammad bin Saad,seharusnya takhta diberikan kepada Abu Abdullah tapi hal ini tidak diberikan takhta malah diberikan kepada Muhammad bin Saad, Abdullah sangat marah dan memberontak dia meminta bantuan kepada Raja Ferdinand dari Aragon dan Ratu Isabella dari Castilla dan terjadilah perang di kubu Muhammad dan Abdullah yang didukung oleh aragon dan castilia. Pada saat kemenangan dan naik takhta Abu Abdullah malah pasukan Kristen membelok dan mengancam abu Abdullah dan segera meninggalkan Spanyol untuk itu kehancuran Islam di Spanyol sudah mulai , para penduduk muslim mulai disiksa dan dimurtadkan kembali atau dengan diusir dari tanahnya semenjak kemenangan Kristen di Spanyol maka Islam sudah runtuh.[5]

3.2 Kajian analisis dengan teori sosial

Pada saat itu Masyarakat sudah semakin hancur moralnya semenjak kemenangan Kristen di Spanyol banyak dari mereka harus kehilangan keluarga dan mereka banyak dimurtadkan kembali dan mereka harus beradaptasi dengan yang baru sistem yang baru dan kembali ke pangkuan kerajaan Spanyol. Para misionaris semakin semangat menyebarkan Kristen dan menghancurkan moral Islam semenjak zaman Kolonial.


Sumber 

[1] Profil Negara Timur Tengah.Suriah.(Drs Riza Sihbudi).1995

[2] Sejarah Islam.Perkembangan Umayyah.(Dede Nur’aini).2014

[3] Sastra Arab dan Lintas Budaya.Masa Umayyah.(Laily Fitriani).2012

[4] Sejarah Dunia.Suriah.(Kutojo).1975

[5] Sejarah Islam. Kehancuran Umayyah di Spanyol.(Dede Nur’aini).2014


Komentar

Postingan Populer