PEMETAAN INDUSTRI MEDIA DALAM POLITIK EKONOMI DUNIA
Istilah "media" berasal dari bahasa Latin (tunggal: medium) yang berarti 'sesuatu yang ada di antara' atau 'muncul secara publik atau ada bagi publik-sebuah locus publicus, ruang publik. Dengan demikian, hakikat media tidak dapat dipisahkan dari keterhubungan antara ranah publik dan privat. Media menjadi perantara (mediating) dua wilayah ini untuk menciptakan atau menemukan kemungkinan (atau ketidakmungkinan) terciptanya hidup bersama. Dalam pemahaman ini, apa yang disebut sebagai media terbentang cukup luas mulai dari arena fisik seperti pengadilan, alun-alun, teater, tempat- tempat pertemuan hingga televisi, surat kabar, radio dan ruang-ruang interaksi sosial lainnya. Media memainkan peran sentral di dalam perkembangan masyarakat kita, oleh karena itulah, media kemudian menjadi terkontestasi. Mengendalikan media telah menjadi semakin identik dengan mengendalikan publik dalam konteks wacana, kepentingan, bahkan selera. (Curran, 1991), Prinsip dasar media, baik secara fisik maupun non-fisik, telah bergeser dari sebuah medium atau mediator ranah publik yang memungkinkan keterlibatan kritis warganya (Habermas, 1984, 1987, 1989) ke sekadar alat untuk kekuasaan demi 'merekayasa kesadaran' (Herman dan Chomsky, 1988). Pendapat ini sangat penting untuk memahami dinamika media saat ini-khususnya media massa dalam bentuk apapun,
Media dan akses terhadap informasi merupakan hal yang sangat penting bagi perkembangan masyarakat. Media seharusnya menyediakan sebuah ruang di mana publik dapat secara bebas berinteraksi dan terlibat dalam hal-hal yang memiliki kaitan dengan publik-res publica. Dengan menggunakan istilah Habermas, media adalah penciptaan 'ranah publik (Habermas, 1989, 2006) yang tidak hanya mementingkan media saja, tapi juga mementingan keterlibatan publik dalam demokrasi seperti sekarang ini, di mana kebebasan berpendapat merupakan suatu hal yang sangat krusial. Hal yang penting dalam mengaitkan apa yang publik dan apa yang privat adalah adanya jaringan untuk mengkomunikasikan informasi dan gagasan.
Dengan kekuatan yang dimiliki oleh media, gagasan-gagasan pribadi pada akhirnya akan menjadi opini publik dalam waktu yang cenderung singkat.
Karena kepopuleran dari film-film Hollywood, semakin banyak industri film khususnya di Indonesia mengarah ke Hollywood. Tidak hanya dari segi marketing, tetapi jalan cerita, visual, dan latar belakang menjadikan film-film di Indonesia mengikuti jejak Hollywood. Tidak hanya dari segi teknis, tetapi tidak jarang banyak produse-produser di Indonesia menghadirkan langsung sutradara dari Hollywood untuk membuat film otentik Indonesia.
Industri media memiliki peran penting dalam kehidupan sehari-hari. Media sebagai sarana bagi para penyampai pesan untuk menginformasikan pesan baik dalam bentuk produk barang maupun jasa. Berbicara tentang media tentu tidak luput dengan yang namanya periklanan, berbagai jenis media dapat digunakan untuk sarana beriklan.
Pada era modern ini penggunaan media semakin marak, terutama menjadi elemen bagi mereka yang membutuhkan sarana untuk menginformasikan produk barang dan jasanya. Pertumbuhan ekonomi dan kemajuan teknologi komunikasi media massa telah tumbuh menjadi industri yang cukup vital dalam suatu negara termasuk Indonesia.
«Media massa adalah suatu industri yang tumbuh dan berkembang, yang menciptakan lapangan kerja, memproduksi barang dan jasa, serta menghidupkan industri lain yang terkait, media massa juga merupakan suatu institusi yang memiliki aturan-aturan dan norma-norma yang menghubungkan dirinya dengan masyarakat dan institusi-institusi sosial lainnya, dan sebagai institusi sosial, media massa diatur oleh masyarakat» (McQuail, 1989:3)
Lingkungan hidup populasi media massa dari tahun ke tahun tampak semakin padat dan beragam jenisnya. Keadaan ini tentu saja membawa konsekuensi yaitu semakin ketatnya kompetisi media massa. Tingkat kompetisi media massa akan semakin terasa jika corak media yang ditawarkan itu sama,misalnya jenis medianya sama, target audiensnya sama, jenis programnya sama, dan kesamaan-kesamaan lainnya.
Namun, melihat cara kerja sektor media dengan lebih dekat akan menunjukkan bahwa kepentingan politik dan motif ekonomi tidak selalu harmonis. Kenyataannya, hal itu bahkan tidak pernah terjadi. Pada dasarnya media terdiri dari arena yang diperebutkan oleh sejumlah kelompok kepentingan, seperti kelompok bisnis, politik, agama, kelompok suku-bangsa, dan lain-lain. Namun, beberapa pihak lebih berkuasa atas pihak lainnya dan merekalah yang membentuk kontestasi ini. Hal inilah yang kami lihat di Indonesia sekarang ini: ketika media menjadi semakin komersil, mereka semakin hari juga semakin dipolitisasi. Oleh sebab itu sangatlah penting untuk memahami ekonomi politik industri media guna menelaah kaidah di mana berbagai bentuk kekuasaan yang berbeda melekat pada praktik media dan bagaimana hal ini mempengaruhi kehidupan bersama dan kemudian warga negaranya. Selain itu, analisis ini dapat digunakan untuk memaparkan peran modal, organisasi dan kontrol dalam Industri media, juga memperlihatkan sejauh mana media dilindungi hanya untuk memungkinkan beroperasinya sebuah sistem politik yang bebas (Bagdikian, 2004).
Sumber :
Nugroho,Yanuar.(2012).memetakan lanskap industri media kontemporer di Indonesia.Jakarta;creative commons
Tia.(2013).seminar nasional ekonomi 2013 (membangun ekonomi negeri dari daerah). Lhokseumawe;fakultas ekonomi Universitas Malikussaleh
Suryadi.ilmiah tempo "Nilai tentang industri media".UIN Sumatra Utara
Wonda,sendiri;buku kewirausahaan;2018
Komentar
Posting Komentar