Sejarah Bangsa Mongol dan Pengaruhnya

 


Sunting : Rizky Septino

Pada tahun 1258, dunia dikejutkan dengan jatuhnya kota Baghdad. Kota yang menjadi ibukota negeri-negeri Muslim ini hancur setelah sebelumnya didera permasalahan-permasalahan yang tidak kunjung selesai. Selain menjadi ajang intrik para pejabat dan ulama , yang berujung pada tata kelola kota yang kurang efektif, kota ini juga mengalami pelemahan kekuasaan akibat terpisah-pisahnya negeri-negeri Islam yang menjadi bawahannya. Terlepas dari dua latar belakang yang disebutkan itu, terdapat akibat lain yang menyebabkan kota ini menemui masa suramnya, yakni serbuan bangsa Mongol. Bangsa Mongol berasal dari suatu daerah di pegunungan Mongolia yang membentang dari Asia Tengah sampai Siberia Utara, Tibet Selatan, Manchuria Barat, dan Turkistan Timur. Nenek moyang mereka bernama Alanja Khan, yang dikaruniai dua putra kembar bernama Tatar dan Mongol. Kedua putra ini di kemudian hari melahirkan dua suku bangsa yakni Mongol dan Tartar.

Bangsa Mongol berasal dari suatu daerah di pegunungan Mongolia yang membentang dari Asia Tengah sampai Siberia Utara, Tibet Selatan, Manchuria Barat, dan Turkistan Timur. Nenek moyang mereka bernama Alanja Khan, yang dikaruniai dua putra kembar bernama Tatar dan Mongol. Kedua putra ini di kemudian hari melahirkan dua suku bangsa yakni Mongol dan Tartar. Menurut suatu sumber arkeologis, nenek moyang bangsa Mongol diperkirakan telah mendiami sebelah selatan gurun Gobi pada 100.000 sampai 200.000 tahun yang lalu. Tepatnya pada masa Zaman Batu Awal. Sekitar abad pertama sebelum masehi, telah ada komunitas-komunitas manusia yang memiliki kebudayaan perunggu. Kebudayaan perunggu merujuk pada penggunaan alat-alat perunggu dalam pekerjaannya (bronze-working peoples). Memasuki abad ketiga SM, orang-orang Mongol mulai membentuk aliansi kesukuan untuk mengancam Cina. Mereka juga mulai menyebar ke pedalaman Asia sebagai pemburu di hutan maupun suku nomad. Bangsa Mongol banyak menghabiskan hidupnya dari stepa ke stepa. Mereka hidup berdampingan dengan suku-suku nomad lain yang nantinya merupakan leluhur dari orang Iran dan Turki. Suku-suku nomad ini memiliki kesamaan bentuk dalam cara hidup maupun organisasi sosialnya. Stepa merupakan suatu padang rumput luas, umumnya datar dan hanya diselingi sedikit pepohonan. Keputusan mereka untuk menjalani kehidupan dengan cara berpindah-pindah bukanlah tanpa sebab. Hal ini berhubungan dengan kondisi tanah Mongolia yang keadaannya kurang subur dan diperparah dengan keadaan iklimnya yang ganas. Menginjak musim dingin yang dapat berlangsung 6 bulan dalam setahun, persediaan air menipis. Penyebab utamanya adalah karena sungai-sungai mengalir ke kutub utara, yang tentu saja bisa berubah keadaannya menjadi es sehingga sulit untuk digunakan Lebih jauh Lapidus menjelaskan bahwa, pola hidup masyarakat pastoral yang nomaden memungkinkan mereka menjalin relasi dengan komunitas lain, termasuk masyarakat pemukim.

Kebiasaan ini telah terjadi selama berabad-abad yang lampau. Lapidus mengetengahkan contoh bahwa meskipun peradaban Cina dan Timur Tengah memiliki corak kedinastian dan pertanian, tidak menutup kemungkinan adanya kelompok masyarakat pastoral yang sekedar mampir atau berdiam selama beberapa waktu di kota maupun pedesaannya. Beberapa daerah, di Cina maupun di Timur Tengah, yang memiliki kondisi geografis padang rumput dan daerah beroase, malah banyak didiami kaum pastoral penggembala yang memelihara kuda maupun biri-birinya di sekitar tempat itu. Di kemudian hari, penduduk pastoral ini kemudian diorganisir menjadi suatu kumpulan (konfederasi) kelompok-kelompok yang lebih besar. Warga pemukiman yang telah terbiasa menjalin hubungan dengan masyarakat pastoral tersebar di wilayah Transoxania, Khawarizm, Farghana, dan Kashgar serta di beberapa kota yang termasuk dalam jalur dagang yang menghubungkan Cina, Timur Tengah, dan Eropa. Menurut Hasan Ibrahim Hasan, bangsa Mongol mempunyai watak yang kasar, suka berperang, dan tidak kenal takut sekalipun harus berhadapan dengan kematian dalam mencapai keinginannya. Bangsa Mongol juga memiliki jiwa militer yang kuat. Bangsa Mongol terbagi ke dalam dua kelompok besar yakni

(1) suku Mongol yang mendiami kawasan stepa dan

(2) mereka yang bertempat tinggal di dalam hutan.

Suku Mongol yang tinggal di stepa, sebagaimana telah disinggung sebelumnya, berprofesi sebagai penggembala sedangkan yang tinggal di hutan umumnya menggantungkan hidup pada berburu dan menangkap ikan di sungai. Kedua golongan ini menjalin hubungan yang baik dan saling menguntungkan. Suku Mongol hutan memasok kebutuhan bulu bagi suku Mongol stepa yang nantinya digunakan sebagai penghangat ketika musim dingin datang. Sedangkan suku Mongol stepa ada pula yang membiasakan diri menempa besi menjadi senjata yang selain digunakan sendiri juga didistribusikan ke suku Mongol hutan. Masyarakat bangsa Mongol terbagi ke dalam sejumlah komunitas pengguna bahasa Turki-Altaic serta membentuk suatu sistem sosial yang memiliki unsur patrilineal (berhubungan dengan garis dari ayah). 

Pengaruh bangsa mongol mencolok semenjak dari berdirinya kekaisaran mongol dan ekspansi ke belahan dunia yang membuat hampir setengah bumi tunduk pada kekuasaan mongol dengan serangan yang membabi buta tanpa mengenal kasihan termasuk dari keluarga kerajaan Abbasiyah.

Kekaisaran Mongolia adalah kekaisaran kedua terbesar dalam sejarah dunia, hanya dikalahkan oleh Kerajaan Inggris. Kekaisaran ini menguasai sekitar 33 juta km' pada puncak kejayaannya, dengan perkiraan penduduk lebih dari 100 juta orang dan menjadi yang paling kuat di antara semua kekaisaran abad pertengahan. Kekaisaran Mongolia didirikan oleh Genghis Khan pada tahun 1206 sesudah mempersatukan suku-suku Mongolia yang saat itu sering berselisih di antara sesame dan memulai banyak penaklukan di seluruh benua Eurasia yang dimulai dengan penaklukan Dinasti Xia Barat di China Utara dan kerajaan Khawarezm di Persia. Pada puncaknya, Kekaisaran Mongolia menguasai Sebagian besar wilayah Asia Tenggara dan Eropa Tengah. Selama Mongolia melakukan pertukaran budaya antara Timur, Barat dan Timur Tengah sekitar abad ke-13 dan 14. keberadaannya, Kekaisaran Mongolia dipimpin oleh Khagan (Khan Agung keturunan GenghisKhan) secara turun-temurun. Sesudah kematian Genghis Khan, Kekaisaran Mongolia pada dasarnya terbagi menjadi empat bagian yaitu Dinasti Yuan (China), lkhanate (Persia), Chagatai Khanate (Asia Tengah) dan Golden Horde (Rusia). Semua wilayah pembagian itu dipimpin oleh keturunan Genghis Khan. Kekaisaran Mongolia juga pernah berencana menyerang negara-negara Eropa Barat, seperti Prancis, Romawi dan negara-negara Eropa lainnya. Ahli-ahli sejarah menyatakan jika bukan karena kematian Ogadai Khan maka kemungkinan seluruh Eropa akan dikuasai dan sejarah Eropa akan berubah.

Serangan bangsa Mongol yang dipimpin Hulagu terjadi pada masa kepemimpinan Al Mu'taşim Billah pada tahun 656 H. Dalam perperangan yang berlangsung selama 40 hari. Khalifah Al-Mu' taşim terbunuh. Akibat serangan ini, dunia Muslim tidak memiliki khalifah sekitar tiga setengah tahun hingga didirikannya kekhilafahan di Mesir.

Menginjak tahun 1227, Jengis Khan sudah tidak mampu lagi memacu kudanya lebih cepat. Agaknya ketuaan telah beberapa tahun sebelumnya menghantui dirinya. Tepatnya pada 18 Agustus 1227, ia mangkat dengan meninggalkan istri, anak, keluarga, dan pengikutnya. Ketika ia meninggal, kerajaan Mongol sudah sedemikian luas terbangun dan tentu saja bayang-bayang akan tantangan mempertahankan eksistensinya dengan cepat berhembus. Sudah tentu, mereka yang berhak mewarisi kerja kerasnya itu adalah anak-anaknya. Jengis Khan dikaruniai empat anak. Kesatuan kerajaan bisa saja tercerai berai akibat perebutan tahta. Namun, hal tersebut tidak terjadi pada bangsa Mongol. Undang-undang Mongol telah menetapkan bahwa anak termuda diserahi tugas untuk mewarisi kepemimpinan dan menjaga tanah pihak ayahnya. Dengan kata lain, tanah air atau tanah tumpah darah bangsa Mongol diwariskan kepada putra termuda yang bernama Tuli. Sedangkan untuk ketiga anaknya yang lain, Jagatai (Chagatai) mendapatkan bagian utara dan sebelah timur laut Oxus. Daerah ini lebih dikenal dengan nama Transoxania. Sedangkan untuk Ogedei diwariskan daerah bagian timur, dan untuk yang anak tertua, Jochi, diserahi tugas mengurus sebagian besar daerah barat, termsuk kawasan Rusia. Enam tahun berselang sejak kematian Jengis Khan, Jochi berpulang, kedudukannya digantikan anaknya. Semasa hidupnya, Jengis Khan senantiasa memimpikan kerajaan besarnya berada dalam kesatuan terpusat. Walaupun dihadapkan pada realitas wilayah yang amat luas, bukanlah dianggap menjadi masalah utama. Ia tidak menyetujui konsep desentralisasi kekuasaan yang berarti pula membagi wewenang kekuasaan pada penguasa-peguasa di bawahnya.

Hal tersebut dipahami betul oleh keempat anak Jengis Khan. Salah satu di antara mereka harus ada yang menduduki Khan Agung tertinggi (Great Khan) yang membawahi empat wilayah pembagian Mongol. Untuk mengatasi hal tersebut, pada tahun 1229, diselenggarakan dewan rakyat Mongol yang dikenal dengan nama Qurultay. Pertemuan para pemuka Mongol itu menghasilkan keputusan bahwa Ogedei-lah yang didaulat menjadi Khan Agung. Sosok Khan Agung ini diceritakan mewarisi kemampuan bertempur ayahnya. Sikapnya terlihat tenang dan mencerminkan pemimpin yang tidak gegabah memimpin kerajaan tinggalan ayahnya. Segera ia mengadakan beberapa tindakan membangun birokrasinya dengan membuat ibukota baru di Qara Qum (Karakum).

Daerah ini dikenal sebagai gurun liar yang diupayakan sebagai daerah subur tempat tumbuhnya buah-buahan dan sayur mayur yang nantinya didistribusikan ke Mongolia dan China. Kota ini dikenal pula sebagai salah satu titik jalur dagang dan memiliki potensi strategis menjalin relasi niaga di antara India dan Asia Barat. Setelah memperoleh kemenangan yang gilang gemilang di Khawarizm, pasukan Mongol melanjutkan penaklukan atas seluruh Persia. Bukan hanya kawasan landai, pasukan Mongol juga menghampiri dataran tinggi Mesopotamia dan menghancurkan kekuatan-kekuatan yang menentangnya. Gruzia (Georgia) pun ditundukkan dan Anatolia dihancurkan. Semua pemuka wilayah serta rakyatnya menyatakan tunduk di depan Mongol. Tak berhenti sampai di situ. Pintu gerbang Eropa pun didobrak, yakni ketika Rusia digempur, Polandia dijajah dan Hongaria dibuat menderita. Iring-iringan Mongol pun sampai di pintu gerbang Wina (Austria). Namun, kelanjutan penaklukan Eropa nyatanya belum terpenhi ketika Ogodei berpulang. Eropa pun mengelus dada tanda selamat dari petaka pasukan Mongol. Sebagai bentuk pengakuan atas kehebatan Mongol menyentuh Eropa, Paus Innocent IV memberi izin kepada Universitas Paris untuk membuka program bahasa asing, yaitu Arab dan Tatar. Selain itu, Paus juga mengirimkan duta-dutanya secara berkala ke istana Qara Qum, sehingga seorang rahib dari ordo Frasiskan bisa mengikuti upacara penahbisan raja Mogol (Mongulistan), Goyuk. Mogol atau Moghulistan merupakan pecahan dari keluarga Chagatay.

Bangsa Mongol selalu peduli dengan melindungi warisan leluhur mereka dan masih mempraktikkan eksogami, percaya bahwa menikah di dalam klan itu salah. Keluarga pernah menyimpan bagan silsilah keluarga, dengan nama-nama dicatat dalam serangkaian lingkaran generasi yang konsentris. Namun, pohon keluarga, gelar bangsawan dan nama klan ( oyag ) dilarang pada tahun 1925, dicap oleh rezim sosialis sebagai aspek "feodalisme." DalamUndang-undang Kebudayaan, diadopsi pada bulan April 1996, legislatif memutuskan untuk kembali ke praktik sebelumnya dalam menjaga silsilah keluarga dan menggunakan nama marga, dan peraturan untuk ini dikeluarkan pada Januari 1997. 

 Sumber : 

Hamdan.History of Mongol.Bandung;Pustaka Sinar,2012

Nursyad. Bangsa Mongol.Jakarta;UIN Syarif Hidayatullah,2014

Setiawati,Rida.Invansi Mongol.Makassar;UIN Allaudin,2019

  

Komentar

Postingan Populer