BERFIKIR ILMIAH
Sunting : Rizky Septino
Berpikir adalah menggunakan akal budi untuk mempertimbangkan
dan memutuskan sesuatu. Berpikir adalah suatu aktifitas yang banyak seluk
beluknya, berlibat libat, mencakup berbagai unsur dan langkah-langkah.
Sedangkan Ilmiah yakni “bersifat ilmu, secara ilmu pengetahuan, memenuhi syarat
kaidah ilmu pengetahuan. Berpikir ilmiah adalah berpikir rasional dan berpikir
empiris. Bersifat ilmiah apabila ia mengandung kebenaran secara objektif,
karena didukung oleh informasi yang telah teruji kebenarannya dan disajikan
secara mendalam, berkat penalaran dan analisa yang tajam. Berpikir rasional
adalah berpikir menggunakan dan mengandalkan otak atau rasio atau akal budi
manusia sedangkan berpikir empiris bepikir
dengan melihat realitas empiris, bukti nyata atau fakta nyata yang terjadi di
lingkungan yang ada melalui panca indera manusia. Jadi memang tidak semua
berpikir akan menghasilkan pengetahuan dan ilmu dan juga tidak semua berpikir
disebut berpikir ilmiah. Karena berpikir ilmiah akan memiliki aturan dan kaidah
tersendiri yang harus diikuti oleh para pemikir dan ilmuwan sehingga proses
berpikir mereka bisa dikatakan sebagai produk ilmu pengetahuan dan bermanfaat
bagi khalayak ramai dan manusia pada umumnya.
Penalaran
merupakan suatu proses berpikir dalam menarik suatu kesimpulan yang berupa
pengetahuan. Penalaran menghasilkan pengetahuan yang dikaitkan dengan kegiatan
berpikir dan bukan dengan perasaan. Meskipun demikian patut kita sadari bahwa
tidak semua kegiatan berpikir menyandarkan diri pada penalaran. Jadi penalaran
merupakan kegiatan berpikir yang mempunyai karakteristik tertentu dalam
menemukan kebenaran.
Langkah pertama dalam kerangka berpikir ilmiah adalah perumusan masalah. Perumusan masalah merupakan hulu dari penelitian, dan merupakan langkah yang penting dan pekerjaan yang sulit dalam penelitian ilmiah. Penting karena rumusan masalah adalah ibarat pondasi rumah atrau bangunan, tempat berpijak awal, apabila salah menentukan dan tidak jelas batasan dalam melakukan akan menyulitkan proses selanjutnya.
Diantaranya
akan menyulitkan seseorang dalam memahami kejelasan judul, sehingga membuat
pembaca memahaminya dengan multi tafsir, oleh karena itu kejelasan juga
dituangkan dalam perumusan masalah. Perumusan masalah merupakan pedoman dasar
yang dilakukan pelaksaan penelitian. Khususnya untuk menyususn butir-butir
pertanyaan dalam alat pedoman wawancara, pedoman menelusur dokumen dan
sebagainya dan membatasi permasalahan yang akan diteliti.
Dalam
perumusan masalah seorang peneliti dituntut untuk teliti dan cermat menentukan
batasan sebuah masalah yang akan diteliti sehingga tidak membuat kabut
permasalahan yang diteliti. Perumusan
masalah umumnya dan biasanya disusun dalam bentuk kalimat Tanya, rumusan harus
berisi implikasi adanya data untuk memecahkan dan menyelesaikan masalah,
rumusan masalah juga harus merupakan dasar dalam membuat hipotesis dan menjadi
dasar bagi judul suatu kegiatan penelitian.
Jadi hipotesis adalah usaha untuk mengumpulka bukti-bukti yang relevan dan berhubungan mendukung terhadap hipotesis yang telah diajukan sehingga bisa teruji kebenaran hipotesis tersebut, salah satu faktor yang penting daladm sebuah proses penelitian, kenapa demikian karena dengan kesimpulan yang ada dalam suatu penelitian akan menjawab permasalahan yang ada dalam penelitian. Kesimpulan berupa hasil dari penafsiran dan pembahasan data yang diperoleh dalam penelitian, sebagai jawaban atas pertanyaan yang diajukan dalam perumusan masalah.
Jadi
defenisi berfikir ilmiah dapat disimpulkan yaitu :
a. proses atau aktivitas
manusia untuk mendapatkan ilmu
b. Proses berpikir untuk
sampai pada suatu kesimpulan yang berupa pengetahuan
c. Sarana berpikir ilmiah
d. Sarana berpikir ilmiah
merupakan alat yang membantu kegiatan ilmiah dalam berbagai langkah yang harus
ditempuh
e. Tanpa penguasaan sarana
berpikir ilmiah kita tidak akan dapat melaksanakan kegiatan berpikir ilmiah
yang baik
f. Merupakan alat bagi
metode ilmiah dalam melakukan fungsinya dengan baik
g. Mempunyai metode tersendiri
yang berbeda dengan metode ilmiah dalam mendapatkan pengetahuannya sebab fungsi
sarana berfikir ilmiah adalah membantu proses metode ilmiah
Ciri-ciri Berfikir Ilmiah
Setiap komunitas memiliki cara berpikir yang berbeda-beda. Pertama, harus Obyektif. Seorang ilmuwan dituntut mampu berpikir obyektif atau apa adanya. Seorang yang berpikir obyektif selalu menggunakan data yang benar. Disebut sebagai data yang benar, manakala data itu diperoleh dari sumber dan cara yang benar. Sebaliknya, data yang tidak benar oleh karena diperoleh dengan cara yang tidak benar. Data itu dibuat-buat, misalnya data yang benar adalah data yang benar-benar sesuai dengan kenyataan yang ada, tidak kurang dan tidak lebih. Ternyata untuk mendapatkan data yang benar juga tidak mudah. Lebih mudah mendapatkan data palsu. Seorang ilmuwan harus mampu membedakan anatara data yang benar itu dari data yang palsu. Data yang benar tidak selalu mudah mendapatkannya, dan hal itu sebaliknya adalah data palsu. Dari kenyataan seperti ini, maka seorang yang berpikir ilmiah, harus hati-hati terhadap data yang tersedia. Kedua, rasional atau secara sederhana orang menyebut masuk akal. Seorang berpikir ilmiah harus mempu menggunakan logika yang benar.
Mereka
bisa mengenali kejadian atau peristiwa mulai apa yang menjadi sebab dan apa
pula akibatnya. Segala sesuatu selalu mengikuti hukum sebab dan akibat. Bahwa
sesuatu ada, maka pasti ada yang mengadakan. Sesuatu menjadi berkembang, oleh
karena ada kekuatan yang mengembangkan. Seseorang menjadi marah oleh karena
terdapat sebab-sebab yang menjadikannya marah. Manakala sebab itu tidak ada,
tetapi tetap marah, maka orang dimaksud dianggap di luar kebiasaan, atau tidak
masuk akal.
Orang
berpikir ilmiah tidak akan terjebak atau terpengaruh oleh hal-hal yang tidak
masuk akal. Informasi, pendapat atau pandangan baru bagi seseorang yang selalu
berpikir ilmiah tidak segera diterimanya. Mereka akan mencari tau informasi itu
tentang sumbernya, siapa yang membawa, dan kalau perlu diuji terlebih dahulu
atas kebenarannya. Begitu pula tatkala menghadapi pandangan atau pendapat, maka
seorang yang berpikir ilmiah akan berusaha mendapatkan alasan atau dasar-dasar
yang digunakan hingga muncul pandangan atau pendapat itu. Atas sikapnya seperti
itu, maka seorang yang berpikir ilmiah dianggap kritis.
Ketiga,
ciri seseorang yang berpikir ilmiah adalah terbuka. Ia selalu memposisikan diri
bagaikan gelas yang terbuka dan masih bisa diisi kembali. Seorang yang terbuka
adalah selalu siap mendapat masukan, baik berupa pikiran, pandangan, pendapat
dan bahkan juga data atau informasi baru dari manapun asal atau sumbernya. Ia
tidak segera menutup diri, bahwa hanya pendapatnya sendiri saja yang benar dan
selalu mengabaikan lainnya dari manapun asalnya. Seseorang yang berpikir ilmiah
tidak akan tertutup apalagi menutup diri.
Keempat, seorang berpikir ilmiah adalah selalu berorientasi pada kebenaran, dan bukan pada kalah dan menang. Seorang yang berpikir ilmiah sanggup merasa kalah tatkala buah pikirannya memang salah. Kekalahan itu tidak dirasakan sebagai sesuatu yang mengecewakan dan menjadikan dirinya merasa rendah. Seorang yang berpikir ilmiah lebih mengedepankan kebenaran daripada sekedar kemenangan. Kebenaran menjadi tujuan utamanya. Oleh karena itu, seseorang yang berpikir ilmiah, dalam suasana apapun harus mampu mengendalikan diri, agar tidak bersikap emosional,suyektif, dan tertutup.
Langkah langkah
Berfikir Ilmiah
Metode
ilmiah atau dalam bahasa inggris dikenal sebagai scientific method adalah
proses berpikir untuk memecahkan masalah secara sistematis,empiris, dan
terkontrol. Langkah-Langkah Metode Ilmiah :
1. Merumuskan
masalah.
2. Merumuskan
hipotesis.
3. Mengumpulkan
data.
4. Menguji
hipotesis.
5. Merumuskan
kesimpulan.
Penjelasan
:
1. Merumuskan Masalah
Berpikir
ilmiah melalui metode ilmiah didahului dengan kesadaran akan adanya masalah.
Permasalahan ini kemudian harus dirumuskan dalam bentuk kalimat tanya. Dengan
penggunaan kalimat tanya diharapkan akan memudahkan orang yang melakukan metode
ilmiah untuk mengumpulkan data yang dibutuhkannya, menganalisis data tersebut,
kemudian menyimpulkannya.Permusan masalah adalah sebuah keharusan. Bagaimana
mungkin memecahkan sebuah permasalahan dengan mencari jawabannya bila
masalahnya sendiri belum dirumuskan?
2. Merumuskan Hipotesis
Hipotesis adalah jawaban sementara dari rumusan masalah yang masih memerlukan pembuktian berdasarkan data yang telah dianalisis. Dalam metode ilmiah dan proses berpikir ilmiah, perumusan hipotesis sangat penting. Rumusan hipotesis yang jelas dapat memabntu mengarahkan pada proses selanjutnya dalam metode ilmiah. Seringkali pada saat melakukan penelitian, seorang peneliti merasa semua data sangat penting. Oleh karena itu melalui rumusan hipotesis yang baik akan memudahkan peneliti untuk mengumpulkan data yang benar-benar dibutuhkannya. Hal ini dikarenakan berpikir ilmiah dilakukan hanya untuk menguji hipotesis yang telah dirumuskan.
3. Mengumpulkan Data
Pengumpulan
data merupakan tahapan yang agak berbeda dari tahapan-tahapan sebelumnya dalam
metode ilmiah. Pengumpulan data dilakukan di lapangan. Seorang peneliti yang
sedang menerapkan metode ilmiah perlu mengumpulkan data berdasarkan
hipotesis yang telah dirumuskannya. Pengumpulan data memiliki peran penting
dalam metode ilmiah, sebab berkaitan dengan pengujian hipotesis. Diterima
atau ditolaknya sebuah hipotesis akan bergantung pada data yang
dikumpulkan.
4. Menguji Hipotesis
Sudah
disebutkan sebelumnya bahwa hipotesis adalah jawaban sementaradari suatu
permasalahan yang telah diajukan. Berpikir ilmiah pada hakekatnya
merupakan sebuah proses pengujian hipotesis. Dalam kegiatan atau langkah
menguji hipotesis, peneliti tidak membenarkan atau menyalahkan hipotesis, namun
menerima atau menolak hipotesis tersebut. Karena itu, sebelum pengujian
hipotesis dilakukan, peneliti harus terlebih dahulu menetapkan taraf
signifikansinya. Semakin tinggi taraf signifikansi yang tetapkan maka akan
semakin tinggi pula derjat kepercayaan terhadap hasil suatu penelitian.Hal ini
dimaklumi karena taraf signifikansi berhubungan dengan ambang batas
kesalahan suatu pengujian hipotesis itu sendiri.
5. Merumuskan Kesimpulan
Langkah paling akhir dalam berpikir ilmiah pada sebuah metode ilmiah adalah kegiatan perumusan kesimpulan. Rumusan simpulan harus bersesuaian dengan masalah yang telah diajukan sebelumnya. Kesimpulan atau simpulan ditulis dalam bentuk kalimat deklaratif secara singkat tetapi jelas. Harus dihindarkan untuk menulis data-data yang tidak relevan dengan masalah yang diajukan, walaupun dianggap cukup penting. Ini perlu ditekankan karena banyak peneliti terkecoh dengan temuan yang dianggapnya penting, walaupun pada hakikatnya tidak relevan dengan rumusan masalah yang diajukannya.
Metode Berfikir
Ilmiah
a. Metode Induksi
Metode Induksi adalah suatu cara penganalisaan ilmiah yang bergerak dari hal-hal yang bersifat khusus (individu) menuju kepada hal yang besifat umum (universal). Jadi cara induksi dimulai dari penelitian tehadap kenyataan khusus satu demi satu kemudian diadakan generalisasi dan abstraksi lalu diakhiri dengan kesimpulan ini. Metode induksi ini memang paling banyak digunakan oleh ilmu pengetahaun, utamanya ilmu pengetahuan alam, yang dijalankan dengan cara observasi dan eksperimentasi. Jadi metode ini berdasarkan kepada fakta-fakta yagn dapat diuji kebenarannya.
b. Metode Deduksi
Metode deduksi adalah dkebalikan dari induksi. Kalau induksi bergerak dari hal-hal yang bersifat khusus ke umum, maka metode deduksi sebaliknya, yaitu : bergerak dari hal-hal yang bersifat umum (universal) kemudian atas dasar itu ditetapkan hal-hal yang bersifat khusus. Cara deduksi ini banyak dipakai dalam logika klasik Aristoteles, yaitu dalam membentuk Syllogisme yang menarik kesimpulan berdasarkan atas dua premis mayor dan minor sebelumnya. Contohnya yang paling klasik: Semua manusia bisa mati, Socrates adalah manusia. Jadi, Socrates bisa mati.
Cakul,Iqbal.Berpikir Ilmiah.Bandung;Catatan
Kuliah,2012
Ma’rifa,Nur.Berfikir Ilmiah.Jember;Universitas
Jember,2014
Sumarto.Konsep dasar berpikir : Pengantar ke arah
berpikir ilmiah.Gresik;Metadata,2006
Komentar
Posting Komentar