TANGGUNG JAWAB DAN ETIKA ILMUWAN
Sunting : Rizky Septino
Etika Ilmuwan
Dampak ilmu pengetahuan terhadap life world
masyarakat dapat diklasifikasikan kedalam dua kategori. Yang pertama dampak
intelektual langsung, terutama perubahan cara pandang tradisional terhadap
realitas; dan yang kedua dampak tidak langsung, melalui mediasi teknik-teknik
ilmiah, terutama teknik-teknik produksi dan organisasi sosial.
Rasa ingin tahu akan keterangan mengapa suatu hal terjadi
yang kemudian dikait-kaitkan dan digolong-golongkan sehingga hal yang
tersendiri itu dapat dianggap mewakili suatu peristiwa yang berlaku lebih umum
itulah akhirnya yang membangkitkan sains atau ilmu pengetahuan. Mohr (1977)
mendefinisikan sains secara operasional sebagai suatu usaha akal manusia yang
teratur dan taat azas menuju penemuan keterangan tentang pengetahuan yang
benar. Oleh karena itu tanggung jawab utama ilmuwan terhadap dirinya sendiri,
sesame ilmuwan, dan masyarakat ialah menjamin kebenaran dan keterandalan
pernyataan-pernyataan ilmiah yang dibuatnya dan dapat dinuat oleh sesama
ilmuwan lainnya.
Dengan demikian selain menjaga agar semua pernyataan
ilmiah yang dibuatnya selalu benar, ia harus memberikan tanggapan apabila ia
merasa ada pernyataan ilmiah yang dibuat ilmuwan lain yang tidak benar.
Tanggung jawab ilmiah seperti ini adalah tanggung jawab masyarakat ilmiah yang
lazim dan sudah berlaku turun-temurun. Hal ini pula yang menjadi alasan mengapa
seorang ilmuwan seharusnya tidak menerima begitu saja menerima pernyataan
seorang ilmuwan lain sebagai sesuatu yang benar, walaupun misalnya ilmuwan yang
dihadapinya itu adalah ilmuwan ternama. Dan tidak boleh mengambil keputusan
berdasarkan perasaan karena pengembangan ilmu berdasarkan prasangka ini harus
dibayar mahal, karena tidak mustahil banyak bakat-bakat terpendam telah salah
diarahkan ketika lulus dari sekolah dasar dan tidak muncul di permukaan sebagai
kaum yang cerdik pandai.
Kita dapat menegaskan kembali bahwa tujuan sains ialah
menemukan pengetahuan yang benar mengenai berbagai keadaan alam semesta.
Kewajiban batiniah seorang ilmuwan ialah memberikan sumbangan pengetahuan baru
yang benar saja ke kumpulan pengetahuan benar yang sudah ada, walaupun ada
tekanan-tekanan ekonomi atau social yang memintanya untuk tidak melakukan hal
itu karena tanggung jawabnya ialah memerangi ketidaktahuan, prasangka, dan
takhayul di kalangan manusia mengenai alam semesta ini.
Oleh karena itu di kalangan masyarakat ilmuwan ada
sekumpulan pedoman kerja yang disepakati harus diikuti oleh seorang ilmuwan
yang terhormat. Pedoman kerja itu secara ringkas mencakup butir-butir berikut :
1. Bekerjalah dengan jujur.
2. Jangan sekali-kali menunggangi data.
3. Selalulah bertindak tepat, teliti dan cermat.
4. Berlakulah adil terhadap pendapat orang lain yang
muncul terlebih dahulu.
5. Jauhilah pandangan berbias terhadap data dan pemikiran
ilmuwan lain.
6. Jangan berkompromi tetapi usahakanlah menyelesaikan
permasalahan yang dihadapi dengan tuntas.
Menghadapi
masalah tersebut majalah fortune mengadakan angket yang ditujukan kepada
ilmuwan di USA. Berdasarkan hasil angket tersebut, lebih dari 75 persen
menyatakan bahwa ilmuwan tidak boleh menyembunyikan hasil penemuan mereka apaun
bentuknya dari masyarakat luas serta papun yang menjadi konsekuensinya.
Kenetralan ilmuwan dalam hal ini disebabkan anggapannya bahwa ilmu pengetahuan
merupakan rangkaian penemuan yang mengarah kepada penemuan selanjutnya.
Kemajuan ilmu pengetahuan tidak melalui lncatan-loncatan yang tidak
berketentuan melainkan melalui proses komulatif secara teratur. Penyembuhan
penyakit kanker harus didahului dengan penemuan dasar di bidang biologi molekuler.
Penemuan laser memungkinkan penggunaannya sebagai terapi medis dalam berbagai
penyakit. Demikian selanjutnya di mana usaha menyembunyikan kebenaran dalam
proses kegiatan ilmiah merupakan kerugian bagi kemajuan ilmu pengetahuan
selanjutnya. Dalam penemuan ini ilmu pengetahuan bersifat netral.
Seorang
ilmuwan tidak boleh memutarbalikan penemuannya bila hipotesisnya yang dijunjung
tinggi yang disusun di atas kerangka pemikiran yang terpengaruh preferensi
moral ternyata hancur berantakan karena beertentangan dengan fakta-fakta
pengujian. Seorang ilmuwan yang di atas landasn moral memilih untuk membuktikan
bahwa generasi muda kita berkesadaran tinggi (dia terikat pada generasi muda)
atau membuktikan bahwa hasil pembangunan itu efektif (dia terikat pada kebijaksanaan
pemerintah) maka dalam hasil penemuannya dia bersifat netral dan membebaskan
diri dari semua keterikatannya yang membelenggu dia secara sadar atau tidak.
Penyimpangan dalam hal ini merupakan pelanggaran moral yang sangat dikutuk
masyarakat ilmuwan. Kenetralan dalam hal di atas itulah yang menjadikan ilmu
bersifat universal. Ilmu mengabdi kemanusiaan dengan menyumbangkan
penemuan-penemuan yang didapatkannya lewat kegiatan ilmiah.
Context of
discovery menyangkut konteks dimana ilmu pengetahuan ditemukan. Yang mau
dikatakan disini adalah bahwa ilmu pengetahuan tidak terjadi, ditemukan, dan
berlangsung dalam kevakuman. Ilmu pengetahuan selalu ditemukan dan berkembang
dalam konteks ruang dan waktu tertentu, dalam konteks sosial tertentu. Jadi
ilmu pengetahuan tidak muncuk dengan sendirinya. Ada konteks tertentu yang
melahirkannya. Oleh karena itu, tidak bisa disangkal bahwa dalam melakukan
kegiatan ilmiahnya, ilmuwan dimotivasi oleh keinginan, baik itu bersifat
personal maupun kolektif, untuk mencapai sasaran dan tujuan yang lebih luas
dari sekedar kebenaran ilmiah murni. Dengan kata lain, ada banyak faktor yang
jauh lebih luas dari sekedar faktor murni ilmiah, yang ikut mendorong lahirnya
ilmu pengetahuan. Berkaitan dengan itu, tidak bisa dimungkiri bahwa ilmuwan
bisa saja melakukan kegiatan bukan demi kepentingan ilmiah hanya demi
memperoleh penghargaan, sesuatau yang jauh sekali dari pertimbangan ilmiah
murni. Juga bisa karena pertimbangan faktor-faktor ideologis, kultural,
religius, ekonomi, politik dan lain sebagainya. Jadi, harus diakui ilmu
pengetahuan berkembang dan berlangsung dalam suatu masyarakat. Oleh karena itu,
sulit dibayangkan bahwa ilmu pengetahuan sejak awal tidak bertalian,
bersentuhan, dan peduli dengan nilai-nilai dan segala hal sepele di luar ilmu
pengetahuan.
Context of
justification adalah konteks pengujian ilmiah terhadap hasil penelitian dan
kegiatan ilmiah. Inilah konteks dimana kegiatan ilmiah dan hasil-hasilnya diuji
berdasarkan kategori dan criteria yang murni ilmiah. Dimana yang berbicara
ialah data dan fakta apa adanya serta keabsahan metode ilmiah yang dipakai
tanpa mempertimbangkan kriteria dan pertimbangan lain diluar itu. Segala faktor
ekstra ilmiah harus ditinggalkan. Atau lebih jelasnya dalam konteks ini ilmu
pengetahuan mau tidak mau akan bebas nilai, berkebalikan dengan Context of
discovery. Seorang ilmuwan seharusnya lebih mementingkan Context of
justicication, karena meskipun dalam proses penemuan sebuah hukum ilmiah atau
teori ada berbagai nilai, faktor, dan pertimbangan ekstra ilmiah yang ikut
menentukan, tetapi ketika sampai pada tahap pengujiannya, kebenaran hukum atau
teori itu tidak bolehditentukan oleh faktor di luar ilmu pengetahuan. Dengan
kata lain, pada tahap penemuan ilmu pengetahuan memang tidak otonom seratu
persen. Tetapi pada tahap pengujian, ilmu pengetahuan harus otonom mutlak.
Tanggung Jawab Ilmuwan
Ilmu merupakan
sesuatu yang paling penting bagi manusia, Karena dengan ilmu semua keperluan
dan kebutuhan manusia bisa terpenuhi dengan cepat dan menjadi lebih mudah. Dan
kenyataan yang tak bisa dipungkiri bahwa peradaban manusia sangat berhutang
kepada ilmu. Ilmu telah banyak mengubah wajah dunia seperti hal memberantas
penyakit, kelaparan, kemiskinan, dan berbagai wajah kehidupan yang sulit lainnya.
Dengan kemajuan ilmu juga manusia bisa merasakan kemudahan lainnya seperti
transportasi, pendidikan, komunikasi dan lain sebagainnya. Singkatan ilmu
merupakan sarana untuk membantu manusia dalam mencapai tujuan hidupnya.
Disisi lain
ilmu pengetahuan tidak hanya dapat merupakan berkah dan penyelamat bagi
manusia, tetapi juga dapat bersifat negatif yang akhirnya menimbulkan
malapetaka. Dengan kemajuan ilmu pengetahuan, manusia dapat menciptakan
berbagai bentuk teknologi yang pada awalnya untuk memudahkan kerja manusia
namun pada akhirnya justru menyulitkan bahkan menimbulkan malapetaka bagi
manusia. Sebagai contoh dalam pembuatan bom kuman yang dipakai sebahgai alat
untuk membunuh sesama manusia. Untuk menghindari berbagai kemungkinan hal yang
bersifat negatif tersebut diperlukan pemahaman tentang ilmu pengetahuan yang
berpihak pada nilai-nilai.
Proses ilmu
pengetahuan menjadi sebuah teknologi yang benar-benar dapat dimanfaatkan oleh
masyarakat tentu saja tidak lepas dari si Ilmuwannya. Seorang ilmuwan akan
dihadapkan pada kepentingan-kepentingan pribadi ataukah masyarakat akan membawa
pada persoalan etika keilmuan serta masalah bebas nilai. Maka dari itu,
tanggung jawab seorang ilmuwan haruslah berdasarkan pada tempat yang tepat,
tanggung jawab akademis, dan tanggung jawab moral.
Dalam
perkembangan keilmuan, seorang ilmuwan harus memahami etika, baik itu sebagai
suatu kumpulan pengetahuan mengenai penilaian terhadap perbuatan-perbuatan
manusia maupun sebagai suatu predikat yang dipakai untuk membedakan hal-hal,
perbuatan-perbuatan, atau manusia-manusia yang lain. Dari pemahaman tersebut
dapat dikatakan bahwa objek formal etika adalah norma-norma kesusilaan manusia,
dan dapat dikatakan pula bahwa etika mempelajari tingkah laku manusia ditinjau
dari segi baik dan tidak baik dalam suatu kondisi yang melibatkan norma-norma.
Seorang
ilmuwan pada hakikatnya adalah manusia yang biasa berpikir dengan teratur dan
teliti. Jalan pikirannya tidak hanya mengalir melalui pola-pola yang teratur
namun juga segenap materi yang menjadi bahan pemikirannya dikaji dan diteliti.
Hal inilah yang membedakan antara ilmuwan dengan orang awam. Disinilah ilmuwan
sebagai pemeran penting dalam meluruskan segala pemikiran orang awam yang pada
umumnya keliru dalam membuat suatu asumsi maupun suatu keputusan.
Proses
menemukan kebenaran secara ilmiah mempunyai implikasi yang etis bagi seorang
ilmuwan. Karakteristik tersebut merupakan kategori moral yang melandasi sikap
etis seorang ilmuwan. Kegiatan intelektual yang meninggikan kebenaran sebagai
tujuan akan berpengaruh pada pandangan moral. Selain memberikan suatu
informasi, ilmuwan juga harus bisa memberikan contoh. Dalam hal ini ilmuwan
harus bisa berlaku obyektif, terbuka, menerima kritik, menerima pendapat orang
lain, kukuh dalam pendirian yang dianggap benar dan harus bisa mengakui
kesalahan.
Landasan moral
yang fundamental sangat perlu diperhatikan oleh seorang ilmuwan. Ilmu harus
bersifat netral seperti yang dimaksud oleh Keraf dan Dua bahwa ilmu pengetahuan
harus dikembangkan hanya semata-mata berdasarkan pertimbangan ilmiah murni. Di
samping itu ilmu pengetahuan juga harus berpihak kepada kemanusiaan yang besar
dan tidak mengenal batas geografis, sistem politik, atau sistem kemasyarakatan
lainnya. Sebagai kesimpulan, diperlukan landasan moral yang kukuh untuk
mempergunakan ilmu pengetahuan secara konstruktif terutama untuk para ilmuwan.
Uraian
di atas membawa kita kepada kesimpulan tentang pentingnya etika dalam
penelitian. Bertolak dari keberpihakan paper ini yang menegaskan posisi para
ilmuwan yang mengikutsertakan pertimbangan moral dalam penelitian dan
pengembangan ilmu pengetahuan serta memperhatikan pentingnya bersikap kritis
terhadap tendensi utilitaristik dan kemurnian kebenaran ilmu pengetahuan,
penulis menggagas tiga tanggung jawab moral yang harus diperhatikan para
ilmuwan. Ketiga tanggung jawab itu meliputi tanggung jawab sosial, tanggung
jawab moral, dan tanggung jawab legal. Dapat dikatakan bahwa setiap peneliti
harus mempertimbangkan dampak sosial dalam setiap penelitiannya bahkan sejak
tahap merancang sebuah penelitian. Meskipun demikian, tanggung jawab sosial
seorang ilmuwan sangat dituntut terutama ketika berhadapan dengan berbagai
konsekuensi negatif yang ditimbulkan oleh sebuah penelitian dan pengembangan
ilmu pengetahuan.15 Semakin sebuah penelitian memiliki dampak buruk bagi
kehidupan masyarakat, semakin berat beban moral dan tanggung jawab sosial yang
harus dipikul. Misalnya, keterlibatan ilmuwan dan para insinyur dalam
penelitian dan pengembangan senjata yang didanai pemerintah, penelitian dan
pengembangan teknologi pangan yang didanai perusahaan tertentu, pengembangan
obat-obatan yang dana penelitiannya datang dari perusahaan farmasi, dan
sebagainya. Dalam situasi demikian, biasanya ada organisasi pada level nasional
seperti National Academy of Science dan National Academy of Engineering di Amerika
Serikat atau Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) ataupun Komisi Bioetika
Nasional Indonesia (KBNI) yang bertugas merumuskan panduan etika dan memastikan
bahwa prinsip-prinsip etika penelitian tersebut sungguh-sungguh
diimplementasikan dalam penelitian. Kedua, posisi penulis mengenai pentingnya
melampaui standar dan kendali komisi etika penelitian sebenarnya berhubungan
dengan tangung jawab jenis kedua yang harus diperhatikan setiap peneliti, yakni
tanggung jawab moral. Penulis mengajukan hipotesa bahwa penelitian dan aplikasi
ilmu pengetahuan yang merusak dan merugikan manusia dan alam.
Sumber :
Permesti,Lingg.Etika dan tanggung jawab Ilmuwan.Bogor;Institut
Pertanian Bogor,2020
Ihsan,Fuad. 2010. Etika Ilmuwan.Jakarta;Rineka
Cipta,2019
Buseri,Kamrani.Ilmu,Ilmuwan,Etika Ilmiah.Banjarmasin;IAIN
Antasari,2014
Komentar
Posting Komentar