Sejarah Bangsa Mongol
Sumber : Hamdan.History of Mongol.Bandung;Pustaka Sinar,2012
Sunting : rizky septino
Bangsa Mongol berasal dari suatu daerah di pegunungan Mongolia yang membentang dari Asia Tengah sampai Siberia Utara, Tibet Selatan, Manchuria Barat, dan Turkistan Timur. Nenek moyang mereka bernama Alanja Khan, yang dikaruniai dua putra kembar bernama Tatar dan Mongol. Kedua putra ini di kemudian hari melahirkan dua suku bangsa yakni Mongol dan Tartar. Menurut suatu sumber arkeologis, nenek moyang bangsa Mongol diperkirakan telah mendiami sebelah selatan gurun Gobi pada 100.000 sampai 200.000 tahun yang lalu. Tepatnya pada masa Zaman Batu Awal. Sekitar abad pertama sebelum masehi, telah ada komunitas-komunitas manusia yang memiliki kebudayaan perunggu. Kebudayaan perunggu merujuk pada penggunaan alat-alat perunggu dalam pekerjaannya (bronze-working peoples). Memasuki abad ketiga SM, orang-orang Mongol mulai membentuk aliansi kesukuan untuk mengancam Cina. Mereka juga mulai menyebar ke pedalaman Asia sebagai pemburu di hutan maupun suku nomad. Bangsa Mongol banyak menghabiskan hidupnya dari stepa ke stepa. Mereka hidup berdampingan dengan suku-suku nomad lain yang nantinya merupakan leluhur dari orang Iran dan Turki. Suku-suku nomad ini memiliki kesamaan bentuk dalam cara hidup maupun organisasi sosialnya. Stepa merupakan suatu padang rumput luas, umumnya datar dan hanya diselingi sedikit pepohonan. Keputusan mereka untuk menjalani kehidupan dengan cara berpindah-pindah bukanlah tanpa sebab. Hal ini berhubungan dengan kondisi tanah Mongolia yang keadaannya kurang subur dan diperparah dengan keadaan iklimnya yang ganas. Menginjak musim dingin yang dapat berlangsung 6 bulan dalam setahun, persediaan air menipis. Penyebab utamanya adalah karena sungai-sungai mengalir ke kutub utara, yang tentu saja bisa berubah keadaannya menjadi es sehingga sulit untuk digunakan Lebih jauh Lapidus menjelaskan bahwa, pola hidup masyarakat pastoral yang nomaden memungkinkan mereka menjalin relasi dengan komunitas lain, termasuk masyarakat pemukim.
Kebiasaan ini telah terjadi selama berabad-abad yang lampau. Lapidus mengetengahkan contoh bahwa meskipun peradaban Cina dan Timur Tengah memiliki corak kedinastian dan pertanian, tidak menutup kemungkinan adanya kelompok masyarakat pastoral yang sekedar mampir atau berdiam selama beberapa waktu di kota maupun pedesaannya. Beberapa daerah, di Cina maupun di Timur Tengah, yang memiliki kondisi geografis padang rumput dan daerah beroase, malah banyak didiami kaum pastoral penggembala yang memelihara kuda maupun biri-birinya di sekitar tempat itu. Di kemudian hari, penduduk pastoral ini kemudian diorganisir menjadi suatu kumpulan (konfederasi) kelompok-kelompok yang lebih besar. Warga pemukiman yang telah terbiasa menjalin hubungan dengan masyarakat pastoral tersebar di wilayah Transoxania, Khawarizm, Farghana, dan Kashgar serta di beberapa kota yang termasuk dalam jalur dagang yang menghubungkan Cina, Timur Tengah, dan Eropa. Menurut Hasan Ibrahim Hasan, bangsa Mongol mempunyai watak yang kasar, suka berperang, dan tidak kenal takut sekalipun harus berhadapan dengan kematian dalam mencapai keinginannya. Bangsa Mongol juga memiliki jiwa militer yang kuat. Bangsa Mongol terbagi ke dalam dua kelompok besar yakni
(1) suku Mongol yang mendiami kawasan stepa dan
(2) mereka yang bertempat tinggal di dalam hutan.
Suku Mongol yang tinggal di stepa, sebagaimana telah disinggung sebelumnya, berprofesi sebagai penggembala sedangkan yang tinggal di hutan umumnya menggantungkan hidup pada berburu dan menangkap ikan di sungai. Kedua golongan ini menjalin hubungan yang baik dan saling menguntungkan. Suku Mongol hutan memasok kebutuhan bulu bagi suku Mongol stepa yang nantinya digunakan sebagai penghangat ketika musim dingin datang. Sedangkan suku Mongol stepa ada pula yang membiasakan diri menempa besi menjadi senjata yang selain digunakan sendiri juga didistribusikan ke suku Mongol hutan. Masyarakat bangsa Mongol terbagi ke dalam sejumlah komunitas pengguna bahasa Turki-Altaic serta membentuk suatu sistem sosial yang memiliki unsur patrilineal (berhubungan dengan garis dari ayah).
Komentar
Posting Komentar