Filsafat Eksistensialisme

Penulis : Rizky septino

Filsafat ini termasuk dalam kategori silsafat modern yang banyak dipengaruhi oleh filsuf sooren Kierkegaard dan Friedrich Wihelm Nietze sekitar abad ke 19 dan pada abad ke 20 selanjutnya diperkenalkan kembali oleh Martin Buber, Karl Jasper, dan Jean Paul Sertre. Secara harfiah, kata eksistensi berarti muncul, timbul, memiliki wujud eksternal, menyebabkan berdiri. Yakni sesuatu yang eksis sesuatu yang memiliki suatu wujud, keberadaan sesuatu yang menekankan pada apa sesuatu itu (apakah benda itu sesungguhnya menurut wataknya yang sejati), atau kesadaran bahwa ia ada dan bahwa ia adalah mahluk yang bertindak, memilih, menciptakan dan mengekspresikan identitas diri dalam proses bertindak dan memilih secara bertanggung jawab.

Pemikiran filsafat eksistensialisme oleh Sartre adalah La Liberte atau kemerdekaan manusia. Manusia itu bebas, merdeka dalam melakukan apapun itu. Oleh karena itu, dia harus bebas menentukan dan memutuskan. Dalam menentukan dan memutuskan, dia bertindak sendirian tanpa orang lain yang menolong atau bersamanya. Manusia memiliki kebebasan sepenuhnya, sebab tanpa kebebasan tidak mungkin manusia membuat rancangan bagi eksistensinya serta berusaha memberi wujud pada apa yang dirancangnya bagi dirinya.

Sebagai reaksi terhadap idealisme dengan menempatkan eksistensi daripada esensi, sehingga eksistensi menentukan esensi. Sedangkan reaksi terhadap naturalisme materialisme karena pada kenyataannya kadang manusia ditempatkan/diposisikan sama dengan benda, sehingga manusia dianggap sebagai mesin dan robot yang dapat menggerakkan hukum-hukum mekanik dan berjalan secara mekanistis, bekerja sekedar sebagai alat, obyek dan dikendalikan oleh system.

Pemikiran contoh eksistensialisme ini dijelaskan dengan ilustrasi berikut :

Jika seseorang ingin membuat suatu barang, misalnya buku, dia mestinya telah mempunyai konsep (image) tentang buku yang akan dibuatnya itu. Selanjutnya, dibuatkanlah buku sesuai dengan konsep yang telah ada padanya.

Dalam konteks pembicaraan ini, konsep buku merupakan buku pada masa praeksistensinya. Jelaslah sekarang bahwa kehadiran buku itu ditentukan oleh pembuanya, yaitu manusia. Maka untuk buku berlaku esensi mendahului eksistensi. Ini, tentulah, formula biasa, yang tidak biasa ialah eksitensi mendahului esensi sebagaimana yang diajarkan oleh eksitensialisme itu untuk manusia.

Eksistensi manusia menunjukkan kesadaran manusia, terutama pada dirinya sendiri bahwa dia berhadapan dengan dunia. Dari konsep ini muncul ciri lain hakikat keberadaan manusia. Orang eksistensialis berpendapat bahwa salah satu watak keberadaan manusia ialah takut. Takut itu datang dari kesadaran manusia tentang wujudnya di dunia.

Sartre menyatakan, bila manusia menyadari dirinya berhadapan dengan sesuatu, menyadari dia telah memilih untuk berada, pada waktu itu juga dia telah bertanggung jawab untuk memutuskan bagi dirinya sendiri dan bagi keseluruhan manusia dan pada saat itu pula manusia merasa tidak dapat melepaskan diri dari tanggung jawab.

Filsafat ini dapat diterapkan pada permasalahan pendidikan dan dapat dijadikan rujukan/ teori pendidikan.

Filsafat eksistensialisme adalah kebebasan semua sebagai suatu sifat dari tindakan. Namun kebebasan tersebut harus dimaknai sebagai sifat ataupun sikap tetnang keberadaan manusia itu sendiri. Kebebasan yang dibangun adalah kebebasan dari keinginan dan kehendak dirinya sendiri. Dengan demikian semua tindakan yang dilakukan adalah resiko dan tanggung jawabnya sendiri, sehingga filsafat ini kadang dipersepsikan sebagai filsafat kebebasan yang mutlak. Demi sebuah pembebasan maka manusia harus peka terhadap kondisi dan realitas yang terjadi. Demi eksistensinya manusia harus mampu membebaskan diri dari struktur-struktur yang menindas kebebasan manusia. Namun filsafat ini dikritik karena kurang menghargai realitas orang lain sebagai bagian dari fenomena sekitar.

1. Sooren Kierkegard (1813-1855)

Setelah masa kejayaan idealisme Jerman yang diakhiri pada masa George Wilhelm Friedrich Hegel, yang kemudian Hegelian pecah menjadi dua yakni Hegelian kiri dan Hegelian kanan. Hegelian kanan memiliki sikap konservatif sedangkan Hegelian kiri lebih progresif dan memiliki pendirian yang agak ekstrim terhadap agama dan politik.

Kategori filsafat Kiergaard adalah individualitas, akan tetapi tidak seperti filsuf lainnya yang menekankan pada individual eksistensi manusia itu sendiri. Pandangannya terhadap pendidikan, dia sangat menolak pendidikan/sekolah kejuruan karena pendidikan jenis tersebut sangat mengarahkan siswa atau peserta didik kearah pandangan kehidupan duniawi.

2. Jean-Paul Sartre (1905-1980)

Sartre adalah salah satu filsuf yang menyebabkan eksitensialisme, yang tidak lepas dari pengaruh tradisi rasionalisme dan idealism dan Descartes hingga Kant, dari Hegel hingga fenomenologi abad XX. Terutama sangat dipengaruhi oleh Hegel, Husserl hingga Karl Marx. Filsafat Sartre lebih menekankan pada kebebasan (freedom) manusia dengan menekankan menjadi bebas adalah suatu keharusan dan pilihan, dan saya dapat memilih Filsafat yang dibangun oleh Sartre adalah minat yang begitu besar terhadap “manusia” yakni bagaimana ‘cara ber-ada-nya” manusia. Dengan kata lain eksistensi adalah adanya keterbukaan, eksistensi mendahului esensi. Berbeda dengan benda-benda lainnya yaitu “ada”nya adalah sekaligus sebagai esensinya.

Sumber : 

Ekawati,Dian.Eksistensialisme.Metro;STAIN Metro Lampung,2015

Siregar,Mahmudin.Filsafat Eksistensialisme.Padang Sidempuan;IAIN Padang Sidempuan,2015



Komentar

Postingan Populer